Wednesday 22 June 2011

Gangguan Perkembangan Pervasif

Anak-anak dengan gangguan perkembangan pervasif (pervasif developmental disorder/PDDs) menunjukan hendaknya perilaku atau fungsi pada berbagai area perkembangan. Gangguan ini umumnya menjadi tampak nyata pada tahun-tahun pertama kehidupan dan sering kali dihubungkan dengan retardasi mental. Gangguan ini umumnya diklasifikasikan sebagai bentuk psikosis pada edisi awal DSM. Keanehan dalam berkomunikasi dan perilaku motorik yang stereotip. Type mayor dari gangguan perkembangan pervasif,
- Fokus kita disini nanti adalah Gangguan Autis (Autisme).
- Gangguan Asperger (Asperger’s disorder) ditunjukan dengan adanya deficit pada

interaksi sosial dan perilaku stereotip. Gangguan Asperger tidak melibatkan deficit yang signifikan pada kemampuan bahasa dan kognitif (APA,2000;Szatmari dkk 2000).
Type gangguan perkembangan pervasif yang lebih jarang muncul, mencakup
- Gangguan Rett (Rett’s disorder), gangguan yang dilaporkan hanya terjadi pada wanita, dan
- Gangguan Disintegratif masa kanak-kanak (childhood disintegrative disorder), kondisi yang jarang ada, biasanya muncul pada laki-laki
Autisme ( autism), atau gangguan austistik, adalah salah satu gangguan terparah di masa kanak-kanak. Bersifat kronis dan berlangsung sepanjang hidup.
Autisme berasal dari bahasa Yunani, autos yang berarti “self.” Pertamakali di gunakan tahun 1906 oleh psikiater Swiss, Eugen Bleuler, untuk merujuk pada gaya berpikir yang aneh pada penderita skizofrenia. Cara berfikir autistic adalah kecenderungan untuk memandang diri sendiri sebagai pusat dari dunia, percaya bahwa kejadian-kejadian eksternal mengacu pada diri sendiri. Seolah-olah meeka hidup dalam dunia mereka sendiri, menutup diri dari setiap masukan dunia luar.

Ciri-ciri Autisme
ciri yang paling menonjol adalah
- kesendirian yang amat sangat
ciri lain mencakup masalah
- bahasa,( ex: ekolalia-mengulang kembali apa yang didengar dengan nada suara tinggi dan monoton )
- komunikasi,
- dan perilaku ritualistic atau stereotip

ciri utama dari autisme adalah :
- gerakan stereotype berulang yang tidak memiliki tujuan--berulang-ulang memutar benda, menepukkan tangan, berayun kedepan dank e belakang dengan lengan memeluk kaki--
- sebagian anak menyakiti diri sendiri.

Ciri lain dari autisme adalah :
- menolak perubahan pada lingkungan
Perspektif Teoritis penyebab autis belum diketahui, tetapi diduga berhubungan dengan abnormalitas otak

Psikolog O. Ivar Lovaas dkk (1979) menawarkan perspektif belajar-kognitif, mereka menyatakan bahwa anak-anak autistic memiliki deficit perceptual sehingga mereka hanya dapat memproses satu stimulus saja pada waktu tertentu. Akibatnya mereka lambat belajar secara classical conditioning (asosiasi terhadap stimuli). Perspective teori belajar, anak-anak menjadi terikat dengan pengasuh utama mereka karena diasosiasikan dengan reinforcer primer seperti makanan dan pelukan.
Para teoritikus Kognitif : anak-anak autistic tampaknya mengalami kesulitan untuk mengitegrasikan informasi dari berbagai indra ( Rutter,1983). Pada waktu tertentu mereka tampakterlalu sensitive pada rangsangan, lain waktu menjadi tidak sensitive.
Yang menyebabkan digisit perceptual dan kognitif ini hendaknya yang dihubungkan dengan autistic, termasuk retardasi mental, deficit bahasa, perilaku motorik yang aneh, menunjukan adanya gangguan neurologist yang melibatkan suatu bentuk kerusakan otak atau ketidakseimbangan kimiawi saraf dalam otak (Perry dkk,2001; stokstad,2001). Namun para peneliti belum menentukan kerusakan otak seperti apa yang dapat menjadi penyebab autisme. Pada akhirnya, penyebab autisme tetap menjadi misteri.

Penanganan, walaupun autisme belum dapat disembuhkan, belajar untuk mengurangi perilaku yang menggangu dan meningkatkan ketrampilan belajar serta komunikasi pada anak-anak autistic.
1. Pengembangan Perilaku Baru
perilaku-perilaku baru ini dipertahankan dengan adanya reinforcer,sehingga penting untuk mengajarkan kepada anak-anak ini, yang sering merespons kepada orang lainseperti mereka berhadapan dengan benda mati, untuk menerima orang lain seperti reinforcer. Seseorang dapat dijadikan reinforcer dengan cara memasangkan pujian reinforcer primer seperti makanan.
2. Pendekatan Biologis
pendekatan biologis hanya memberikan pengaruh yang terbatas pada penanganan autisme.hal ini dapat berubah. Penelitian menunjukan obat-obatan yang meningkatkan aktivitas serotonim seperti SSRI, dapat mengurangi pikiran dan perilaku repetitive serta agresivitas sehingga menghasilkan perbaikan dalam hubungan social dan penggunaan bahasa pada individu autistic deasa (McDoufle dkk, 1996).

No comments:

Post a Comment