Friday 4 May 2012

Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transis. Definisi kenakalan remaja menurut para ahli Kartono, ilmuwan sosiologi “Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”. Santrock “Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.” Sejak kapan masalah kenakalan remaja mulai disoroti? Masalah kenakalan mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat. Jenis-jenis kenakalan remaja Penyalahgunaan narkoba Seks bebas Tawuran antara pelajar Penyebab terjadinya kenakalan remaja Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Faktor internal: Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua. Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya. Faktor eksternal: Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja. Teman sebaya yang kurang baik Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik. Hal-hal yang bisa dilakukan/ cara mengatasi kenakalan remaja: Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan. Artikel dari anneahira.com Read more: Pengertian Kenakalan Remaja | Cara Mengatasi Kenakalan Remaja | belajarpsikologi.com

Thursday 19 April 2012

Pentingnya Konseling Bagi Remaja

REMAJA PERLU MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR TENTANG MASA PUBERTAS. Salah satu masalah besar yang dihadapi oleh remaja adalah penyesuaian terhadap perubahan hormon reproduksi yang sudah mulai berfungsi. Setelah mendapatkan pengalaman pertama dalam hal menstruasi untuk yang perempuan dan mimpi basah untuk yang laki-laki. Selain itu juga keingintahuan yang besar terhadap hal-hal yang berbau seks dan kengintahuan tentang cara untuk menyalurkan dorongan seks . Karena seksualitas masih dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat kita, maka remaja seringkali mencari informasi seputar seksualitas dari sumber-sumber yang seringkali tidak dapat dipertanggungjawaban.Hal tersebut justru menimbilkan perilaku sek remaja yang salah. Banyaknya persoalan seksualitas di kalangan remaja selain disebabkan oleh anggapan tabu tentang seks di masyarakat yang berakibat remaja kurang memiliki pengetahuan tentang masalah seksualitas yang benar, juga disebabkan karena tidak adanya dukungan dari sistem, berupa kebijakan dalam bidang kesehatan yang kurang mempertimbangkan kepentingan, kebutuhan dan partsipasi dari remaja. Selama ini apabila kita berbicara mengenai seks maka yang terbersit dalam benak sebagian besar orang adalah hubungan seks, padahal seks itu artinya adalah jenis kelamin. Jenis kelamin ini membedakan laki-laki dan perempuan secara biologis, sedangkan seksualitas menyangkut : dimensi biologis, yaitu berkaitan dengan organ reproduksi, cara merawat kebersihan dan kesehatannya ; dimensi psikologis, di mana seksualitas berkaitan dengan identitas peran jenis, perasaan terhadap seksualitas dan bagaimana menjalankan fungsinya sebagai makhluk seksual ; dimensi sosial, berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar manusia serta bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks ; dan dimensi kultural, menunjukkan bahwa perilaku seks itu merupakan bagian dari budaya yang ada di masyarakat.Dengan pandangan dan pengetahuan sek yang benar pada remaja maka diharapkan dapat mencegah timbulnya pengaruh negative bagi perkembangan fisiologis dan psyikologis remaja itu sendiri.Pada kenyataannya pihak wanita yang sering berada pada posisi yang dirugikan, tidak memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan atas dirinya.Hal inilah yang menyebabkan wanita sebagai korban pengetahuan sek yang salah.Masih ditambah lagi berbagai masalah yang akan dialami oleh seorang wanita manakala terjadi keterlanjuran perilaku sek yang tidak benar, misalnya kehamilan, keguguran, penyakit menular bahkan nyawa. Untuk membantu remaja menyelesaikan masalahnya secara bertangung jawab, diperlukan keberpihakan terhadap remaja, yang muncul dalam bentuk pemahaman, empati dan dukungan kepada remaja. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat membantu remaja dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya termasuk seksualitas adalah dengan melalui konseling. Mendapatkan informasi mengenai seksualitas merupakan hak semua orang termasuk remaja. Selama ini sarana-sarana yang dipakai remaja untuk memenuhi keingintahuannya tentang masalah seksualitas ini didapatkan dari berbagai sumber, buku-buku populer, diskusi dengan teman-temnnya, nonton film / video, dan lain sebagainya. Informasi seperti in seringkali tidak benar, penuh dengan mitos dan bias gender. Melalui konseling seksualitas, remaja akan memperoleh info yang benar, proporsional dan bertanggung jawab dari konselor yang bersangkutan. Remaja juga dapat berdiskusi dengan konselor mengenai problem seksualitas sehingga pada akhirnya remaja bisa memahami nilai pribadinya, sikap dan perilaku seksualnya, serta belajar untuk mengambil keputusan lebih lanjut. Dengan demikian, ketika remaja mempunyai masalah, dia akan mendapatkan dukungan dari orang yang bisa memahami keadaannya. Juga perlu dirubahnya image bahwa pengetahuan sek untuk remaja itu tabu, harus dirubah menjadi pengetahuan tentang sek yang benar adalah perlu untuk semua warga masyaakat, termasuk didalamnya remaja. Peran dari BP di sekolah juga sangat diharapkan dapat membntu remaja untuk mendapatkan pengetahuan tetang sek.BP masih dianggap sebagai polisi sekolah sehingga BP sebagai konselor bagi siswa tidak berfungsi. Oleh karena itu peran BP sebagai konselor bagi remaja yang memiliki masalah tentang seksualitas dapat memperoleh pengetahuan yang cukup dan benar. Dengan berbagai solusi tersebut diharapkan remaja dapat melalui masa remaja dengan sukses, dapat berhasil dalam studinya.Remaja akan tumbuh kematangan kejiwaanya, kedewasaan dalam berfikir dan bertingkah laku sehingga menjadi remaja yang tangguh dalam menghadapi berbagai problematikanya dan memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dengan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku. Semoga tulisan ini ada manfaatnya bagi pembaca, amin.

Thursday 15 March 2012

Remaja dan SEX

Apa itu seks? Kata seks digunakan dalam beberapa cara. Hal ini dapat merujuk pada aktivitas seksual dan hubungan seks badan,yang merupakan penetrasi vagina oleh penis. Ini juga dapat berarti jenis kelamin anda dilahirkan (laki-laki atau perempuan) atau fisik banding (yang seksi).Seorang perawan adalah seseorang yang tidak memiliki hubungan seksual.Banyak sekali memang sesuatu yang menyebabkan remaja ingin melakukan dan penasaran dengan sex,entah itu pengaruh dari teman,Buku,TV,Film,majalah dan termasuk factor paling besar adalah Internet.Untuk menjaga hal hal yang negative akibat dari sebuah keputusan yang salah tentang sex,disini saya akan memberikan beberapa TIP kepada anda yang masih berusia Remaja / Sekolah Teman saya berhubungan seks ... Haruskah aku? Jangan menyerah pada tekanan teman tentang seks. Tidak ada yang dapat memberitahu Anda apa yang harus dilakukan dengan tubuh Anda atau ketika melakukannya. Berhubungan seks tidak akan membuat Anda merasa sejuk atau dewasa . Dan itu bisa memberi Anda reputasi yang dapat membuat Anda tidak nyaman.Jangan selalu berasumsi bahwa "semua orang melakukannya." Teman-teman Anda mungkin mengatakan bahwa mereka berhubungan seks, tetapi mereka mungkin hanya membual agar di anggap popular di antara teman. Mereka mungkin hanya mengulas kembali dari apa yang mereka telah lihat di majalah, di TV atau di Internet.Melakukan hubungan seks atau tidak bersifat pribadi. Anda tidak harus menelan mentah-mentah dari mereka,saring ulang infrmasi itu kaji kembali hukum sebab dan akibat. Apa resiko berhubungan seks? Beberapa risiko kesehatan termasuk kehamilan dan timbulnya suatu penyakit menular seperti herpes, klamidia, kutil kelamin, gonore, sifilis dan HIV. Berhubungan seks sebelum Anda mengembangkan fisik juga bisa terluka. Gadis yang mulai berhubungan seks sebelum usia 18 cenderung memiliki masalah kesehatan yang lebih, termasuk risiko tinggi terkena kanker serviks. Seks juga memiliki beberapa risiko emosional. Jika Anda berhubungan seks ketika Anda tidak siap atau karena seseorang menekan Anda, Anda mungkin merasa buruk tentang diri Anda atau bertanya-tanya jika pasangan Anda benar-benar peduli tentang Anda. Anda mungkin harus berurusan dengan konsekuensi untuk tidak melakukan karena takut jika terjadi kehamilan sementara anda masih sekolah. Katakan “ Pantang !” Pantang berarti memilih tidak melakukan hubungan seks. Ini merupakan pilihan penting untuk berpikir tentang sex. Banyak orang muda membuat pilihan untuk menunggu. Beberapa orang menjauhkan diri karena keyakinan agama atau spiritual atau karena nilai-nilai pribadi. Ini akan lebih baik daripada anda terjerumus berhubungan seks. Jika Anda berpantang, Anda harus merasa baik tentang pilihan Anda. Dan jika Anda memiliki teman atau pasangan yang berpantang, beri dia dukungan Anda. Aku pernah berhubungan seks, tapi sekarang aku berharap tidak melakukan lagi. Anda telah belajar sesuatu tentang perasaan Anda. Sekarang Anda dapat membuat pilihan yang lebih baik di masa depan, yang mungkin termasuk memutuskan untuk tidak berhubungan seks lagi sampai waktu yang tepat setelah semua tujuan pendidikan anda tercapai. Anda mungkin ingin berbicara tentang perasaan Anda dengan seseorang yang Anda percaya. Carilah teman yang anda anggap bisa di percaya dan bisa memberikan masukan positif tentang diri anda.ini lebih baik daripada anda hanya menyalurkan ungkapan pada sebuah buku harian anda. Bagaimana saya tahu apakah aku siap untuk berhubungan seks? Mencari tahu ketika Anda sudah siap melakukan ini sangatlah mudah. Tubuh Anda akan memberikan sinyal untuk mengatakan Anda siap. Itu alami. Tetapi tubuh Anda bukan satu-satunya hal Anda harus mendengarkan. Keyakinan, nilai dan emosi juga memainkan peran penting ketika Anda memilih untuk berhubungan seks.Satu tanda yang pasti bahwa Anda tidak siap adalah jika Anda merasa tertekan atau jika Anda merasa benar-benar gugup dan tidak yakin. Sebuah kegelisahan sedikit adalah normal, tetapi Anda harus memperhatikan perasaan Anda. Mengambil langkah mundur. Cobalah untuk mencari tahu apa yang Anda inginkan. Berbicara dengan seseorang yang dapat Anda percaya, seperti orangtua Anda, konselor, guru, atau dokter keluarga Anda. Jangan hiraukan kata pacar anda ” jika kau mencintaiku." Jangan biarkan kalimat di atas untuk mendorong Anda ke dalam hubungan seks. Bahkan jika Anda benar-benar seperti orang itu, jangan jatuh untuk itu. Jangan mudah terpengaruh dengan kata kata pacar anda . Bahkan jika itu terjadi, Anda mungkin tidak merasa baik tentang keputusan Anda. Jika seseorang ingin putus dengan Anda karena Anda tidak mau berhubungan seks dengannya, maka orang tersebut tidak layak menjadi pilihan Anda di tempat pertama. Anda juga tidak harus menggunakan baris ini pada orang lain, atau Anda berisiko kehilangan orang tersebut dan merasa buruk tentang diri sendiri. Hormati perasaan pasangan Anda dan keyakinan. Kendalikan Emosi anda dengan baik,dekatkan diri anda pada keyakinan yang anda anut.dengan demikian anda akan merasa tenang dalam menjalani hidup dan tujuan hidup anda.Hingga mendapatkan yang terbaik untuk diri anda. Salam sukses selalu.semoga berguna.

Pendidikan Usia Dini

Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan psikososial, yang berjalan sedemikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar menentukan hari depan anak. Kelainan atau penyimpangan apapun apabila tidak diintervensi secara dini dengan baik pada saatnya, dan tidak terdeteksi secara nyata mendapatkan perawatan yang bersifat purna yaitu promotif, preventif, dan rehabilitatif akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Sunarwati, 2007). Penyelenggaraan pendidikan pada anak usia dini di negara maju telah berlangsung lama sebagai bentuk pendidikan yang berbasis masyarakat (community based education), akan tetapi gerakan untuk menggalakkan pendidikan ini di Indonesia baru muncul beberapa tahun terakhir. Hal ini didasarkan akan pentingnya pendidikan untuk anak usia dini dalam menyiapkan manusia Indonesia seutuhnya (MANIS), serta membangun masa depan anak-anak dan masyarakat Indonesia seluruhnya (MASIS). Namun sejauh ini jangkauan pendidikan anak usia dini masih terbatas dari segi jumlah maupun aksesibilitasnya. Misalnya, penitipan anak dan kelompok bermain masih terkonsentrasi di kota-kota. Padahal bila dilihat dari tingkat kebutuhannya akan perlakuan sejak dini, anak-anak usia dini di pedesaan dan dari keluarga miskin jauh lebih tinggi guna mengimbangi miskinnya rangsangan intelektual, sosial, dan moral dari keluarga dan orang tua. Pemerintah telah menunjukkan kemauan politiknya dalam membangunan sumber daya manusia sejak dini. Seperti disampaikan Ibu Megawati (wakil presiden pada saat itu) saat membuka Konferensi Pusat I Masa Bakti VII Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia. Beliau menegaskan pentingnya pendidikan anak usia dini dalam konsep pembinaan dan pengembangan anak dihubungkan pembentukan karakter manusia seutuhnya. Lebih jauh lagi beliau menyatakan sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan bagi anak di usia dini merupakan basis penentu pembentukan karakter manusia Indonesia di dalam kehidupan berbangsa. Pernyataan ini menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting bagi kelangsungan bangsa, dan perlu menjadi perhatian serius dari pemerintah. Pendidikan anak usia dini merupakan strategi pembangunan sumber daya manusia harus dipandang sebagai titik sentral mengingat pembentukan karakter bangsa dan kehandalan SDM ditentukan bagaimana penanaman sejak anak usia dini. Pentingnya pendidikan pada masa ini sehingga sering disebut dengan masa usia emas (the golden age). 2.1 Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Saat ini bidang ilmu pendidikan, psikologi, kedokteran, psikiatri, berkembang dengan sangat pesat. Keadaan itu telah membuka wawasan baru terhadap pemahaman mengenai anak dan mengubah cara perawatan dan pendidikan anak. Setiap anak mempunyai banyak bentuk kecerdasan (Multiple Intelligences) yang menurut Howard Gardner terdapat delapan domain kecerdasan atau intelegensi yang dimiliki semua orang, termasuk anak. Kedelapan domain itu yaitu inteligensi music, kinestetik tubuh, logika matematik, linguistik (verbal), spasial, naturalis, interpersonal dan intrapersonal. Multiple Intelligences ini perlu digali dan ditumbuh kembangkan dengan cara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan secara optimal potensi-potensi yang dimiliki atas upayanya sendiri (Tientje, 2000). 2.2 Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini dalam Membangun Masa Depan Bangsa Kondisi SDM Indonesia berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh PERC (Political and Economic Risk Consultancy) pada bulan Maret 2002 menunjukkan kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat ke-12, terbawah di kawasan ASEAN yaitu setingkat di bawah Vietnam. Rendahnya kualtias hasil pendidikan ini berdampak terhadap rendahnya kualtias sumber daya manusia Indonesia. Dalam kondisi seperti ini tentunya sulit bagi bangsa Indonesia untuk mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Pembangunan sumber daya manusia yang dilaksanakan di Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang dan sebagainya, dimulai dengan pengembangan anak usia dini yang mencakup perawatan, pengasuhan dan pendidikan sebagai program utuh dan dilaksanakan secara terpadu. Pemahaman pentingnya pengembangan anak usia dini sebagai langkah dasar bagi pengembangan sumber daya manusia juga telah dilakukan oleh bangsa-bangsa ASEAN lainnya seperti Thailand, Singapura, termasuk negara industry Korea Selatan. Bahkan pelayanan pendidikan anak usia dini di Singapura tergolong paling maju apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Di Indonesia pelaksanaan PAUD masih terkesan ekslusif dan baru menjangkau sebagian kecil masyarakat. Meskipun berbagai program perawatan dan pendidikan bagi anak usia dini usia (0-6 tahun) telah dilaksanakan di Indonesia sejak lama, namun hingga tahun 2000 menunjukkan anak usia 0-6 tahun yang memperoleh layanan perawatan dan pendidikan masih rendah. Data tahun 2001 menunjukkan bahwa dari sekitar 26,2 jut anak usia 0-6 tahun yang telah memperoleh layanan pendidikan dini melalui berbagai program baru sekitar 4,5 juta anak (17%). Kontribusi tertinggi melalui Bina Keluarga Balita (9,5%), Taman Kanak-kanak (6,1%), Raudhatul Atfal (1,5%). Sedangkan melalui penitipan anak dan kelompok bermain kontribusinya masing-masing sangat kecil yaitu sekitar 1% dan 0,24%. Masih rendahnya layanan pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini antara lain disebabkan masih terbatasnya jumla lembaga yang memberikan layanan pendidikan dini jika dibanding dengan jumlah anak usia 0-6 tahun yang seharusnya memperoleh layanan tersebut. Berbagai program yang ada baik langsung (melalui Bina Keluarga Balita dan Posyandu) yang telah ditempuh selama ini ternyata belum memberikan layanan secara utuh, belum bersinergi dan belum terintegrasi pelayanannya antara aspek pendidikan, kesehatan dan gizi. Padahal ketiga aspek tersebut sangat menentukan tingkat intelektualitas, kecerdasan dan tumbuh kembang anak. Pentingnya pendidikan anak usia dini telah menjadi perhatian dunia internasional. Dalam pertemuan Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 di Dakar Senegal menghasilkan enam kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua dan salah satu butirnya adalah memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung, Indonesia sebagai salah satu anggota forum tersebut terikat untuk melaksanakan komitmen ini. Perhatian dunia internasional terhadap urgensi pendidikan anak usia dini diperkuat oleh berbagai penelitian terbaru tentang otak. Pada saat bayi dilahirkan ia sudah dibekali Tuhan dengan struktur otak yang lengkap, namun baru mencapai kematangannya setelah di luar kandungan. Bayi yang baru lahir memiliki lebih dari 100 milyar neuron dan sekitar satu trilyun sel glia yang berfungsi sebagai perekat serta synap (cabang-cabang neuron) yang akan membentuk bertrilyun-trilyun sambungan antar neuron yang jumlahnya melebihi kebutuhan. Synap ini akan bekerja sampai usia 5-6 tahun. Banyaknya jumlah sambungan tersebut mempengaruhi pembentukan kemampuan otak sepanjang hidupnya. Pertumbuhan jumlah jaringan otak dipengaruhi oleh pengalaman yang didapat anak pada awal-awal tahun kehidupannya, terutama pengalaman yang menyenangkan. Pada fase perkembangan ini akan memiliki potensi yang luar biasa dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, matematika, keterampilan berpikir, dan pembentukan stabilitas emosional. Ada empat pertimbangan pokok pentingnya pendidikan anak usia dini, yaitu: (1) menyiapkan tenaga manusia yang berkualitas, (2) mendorong percepatan perputaran ekonomi dan rendahnya biaya sosial karena tingginya produktivitas kerja dan daya tahan, (3) meningkatkan pemerataan dalam kehidupan masyarakat, (4) menolong para orang tua dan anak-anak. Pendidikan anak usia dini tidak sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Pendidikan anak usia dini sepatutnya juga mencakup seluruh proses stimulasi psikososial dan tidak terbatas pada proses pembelajaran yang terjadi dalam lembaga pendidikan. Artinya, pendidikan anak usia dini dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja seperti halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam keluarga, teman sebaya, dan dari hubungan kemasyarakatan yang sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak usia dini. 2.3 Perkembangan Anak Usia Dini Sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa memberikan pendidikan anak usia dini cukup dilakukan oleh orang dewasa yang tidak memerlukan pengetahuan tentang PAUD. Selain itu juga mereka menganggap PAUD tidak memerlukan profesionalisme. Pandangn tersebut adalah keliru. Jika PAUD ingin dilakukan di rumah oleh ibu-ibu sendiri, maka ibu-ibu itu perlu belajar dan menambah pengetahuan tentang proses pembelajaran anak, misalnya dengan membaca buku, mengikuti ceramah atau seminar tentang PAUD. Kenyataannya semakin banyak ibu-ibu bekerja di luar rumah, oleh karena itu haruslah orang yang menggantikan peran ibu tersebut memahami proses tumbuh kembang anak. Pembelajaran pada anak usia dini adalah proses pembelajaran yang dilakukan melalui bermain. Ada lima karakteristik bermain yang esensial dalam hubungan dengan PAUD (Hughes, 1999), yaitu: meningkatkan motivasi, pilihan bebas (sendiri tanpa paksaan), non linier, menyenangkan dan pelaku terlibat secara aktif. Bila salah satu kriteria bermain tidak terpenuhi misalnya guru mendominasi kelas dengan membuatkan contoh dan diberikan kepada anak maka proses belajar mengajar bukan lagi melalui bermain. Proses belajar mengajar seperti itu membuat guru tidak sensitif terhadap tingkat kesulitan yang dialami masing-masing anak. Ketidaksensitifan orangtua terhadap kesulitan anak bisa juga terjadi, alasan utama yang dikemukakan biasanya karena kurangnya waktu karena orangtua bekerja di luar rumah. Memahami perkembangan anak dapat dilakukan melalui interaksi dan interdependensi antara orangtua dan guru yang terus dilakukan agar penggalian potensi kecerdasan anak dapat optimal. Interaksi dilakukan dengan cara guru dan orangtua memahami perkembangan anak dan kemampuan dasar minimal yang perlu dimiliki anak, yaitu musikal, kinestetik tubuh, logika matematika, linguistik, spasial, interpersonal dan intrapersonal, karena pada umumnya semua orang punya tujuh intelegensi itu, tentu bervariasi tingkat skalanya. 2.4 Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini Anak adalah perwujudan cinta kasih orang dewasa yang siap atau tidak untuk menjadi orang tua. Memiliki anak, siap atau tidak, mengubah banyak hal dalam kehidupan, dan pada akhirnya mau atau tidak kita dituntut untuk siap menjadi orang tua yang harus dapat mempersiapkan anak-anak kita agar dapat menjalankan kehidupan masa depan mereka dengan baik. Mengenal, mengetahui, memahami dunia anak memang bukan sesuatu yang mudah. Dunia yang penuh warna-warni, dunia yang segalanya indah, mudah, ceria, penuh cinta, penuh keajaiban dan penuh kejutan. Dunia yang seharusnya dimiliki oleh setiap anak anak namun dalam kepemilikanya banyak bergantung pada peranan orang tua. Para ahli sependapat bahwa peranan orang tua begitu besar dalam membantu anak-anak agar siap memasuki gerbang kehidupan mereka. Ini berarti bahwa jika berbicara tentang gerbang kehidupan mereka, maka akan membicarakan prospek kehidupan mereka 20-25 tahun mendatang. Pada tahun itulah mereka memasuki kehidupan yang sesungguhnya. Masuk ke dalam kemandirian penuh, masuk ke dalam dunia mereka yang independen yang sudah seharusnya terlepas penuh dari orang tua dimana keputusan-keputusan hidup mereka sudah harus dapat dilakukan sendiri. Disinilah peranan orang tua sudah sangat berkurang dan sebagai orang tua, pada saat itu kita hanya dapat melihat buah hasil didikan kita sekarang, tanpa dapat melakukan perubahan apapun. Mengapa orang tua perlu meningkatkan intelektualitas anak demi mempersiapkan mereka masuk sekolah? Jawabannya, sekolah saat ini meminta persyaratan yang cukup tinggi dari kualitas seorang siswa. Masih didapat siswa yang masuk SD sudah diperkenalkan dengan berbagai macam pelajaran dan ilmu sejak dini. Anak-anak sudah harus memiliki kreativitas yang tinggi sejak kecil. Oleh sebab itu, anak-anak yang memiliki intelektualitas yang tinggi akan lebih mudah menerima dengan baik semua yang diajarkan. Mereka akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi, lebih mudah beradaptasi, lebih mudah menerima hal-hal yang baru, atau intelektualitas anak bisa dikembangkan jauh sebelum mereka masuk ke sekolah. Kondisi seperti itulah yang menempatkan orang tua sebagai guru pertama dan utama bagi anak-anaknya dalam program pendidikan informal yang terjadi di lingkungan keluarga. 2.5 Permasalahan Pendidikan Anak Usia Dini Memasuki abad XXI dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Pertama, sebagai akibat dari multi krisis yang menimpa Indonesia sejak tahun 1997, dunia pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua, untuk mengantisipasi era globalisasi, dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu bersaing dalam pasar kerja global. Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian system pendidikan nasional, sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keragaman potensi, kebutuhan daerah, peserta didik, dan mendorong peningkatan partisipasi masyarakat. Permasalahannya adalah ketidaksiapan bangsa Indonesia menghadapi ketiga tantangan di atas, disebabkan rendahnya mutu sumber daya manusianya. Untuk menghadapi tantangan itu, diperlukan upaya serius melalui pendidikan sejak dini yang mampu meletakkan dasar-dasar pemberdayaan manusia agar memiliki kesadaran akan potensi diri dan dapat mengembangkannya bagi kebutuhan diri, masyarakat dan bangsa sehingga dapat membentuk masyarakat madani. Pendidikan anak usia dini merupakan hal paling mendasar yang dilakukan sedini mungkin dan dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Menyeluruh, artinya layanan yang diberikan kepada anak mencakup layanan pendidikan, kesehatan dan gizi. Terpadu mengandung arti layanan tidak saja diberikan pada anak usia dini, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat sebagai satu kesatuan layanan. Sumber: CHA, Wahyudi dan Damayanti, Dwi Retna. 2005. Program Pendidikan Untuk Anak Usia Dini di Prasekolah Islam. Jakarta: Grasindo. Isjoni. 2007. Saatnya Pendidikan Kita Bangkit. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Anwar dan Ahmad, Arsyad. 2007. Pendidikan Anak Dini Usia. Bandung: Alfabeta. Tientje, Nurlaila N.Q. Mei dan Iskandar, Yul. 2004. Pendidikan Anak Dini Usia Untuk Mengembangkan Multipel Inteligensi. Jakarta: Dharma Graha Group. Indrawati, Maya dan Nugroho, Wido. 2006. Mendidik dan Membesarkan Anak Usia Pra-Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Asfandiyar, Andi Yudha. 2009. Kenapa Guru Harus Kreatif?. Jakarta: Mizan Media Utama. http://paud-usia-dini.blogspot.com/2008/06/pengasuhan-anak.html http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini

Sunday 26 February 2012

HP bikin Remaja Kesulitan untuk Berinteraksi Sosial

Studi baru menunjukkan, remaja menghabiskan lebih banyak waktu melakukan komunikasi lewat pesan teks, daripada melakukan percakapan secara tatap muka. Seperti dikutip dari laman Betty Confidential, survei yang dilakukan Pew Reasearch Center menunjukkan, bahwa remaja saat ini jauh lebih mudah dan sering menggunakan jempol, daripada mulut untuk berkomunikasi. Dari 800 remaja usia 12-17 tahun yang disurvei, hanya 33 persen mengaku berkomunikasi dengan teman-teman mereka secara tatap muka setiap hari. Sedangkan 54 persen remaja lebih sering melakukan percakapan lewat teks. Menurut studi, setengah dari remaja mengirim 50 pesan teks mengejutkan per hari, dengan total 1.500 teks sebulan. Bahkan satu dari tiga anak mengirim 100 teks setiap hari. “Apa arti dari semua ini, apakah generasi muda kehilangan semua keterampilan sosial, atau telah merasa nyaman dengan berkomunikasi lewat teks,” kata seorang peneliti. Mereka pun khawatir, generasi muda mendatang semakin sulit untuk melakukan interaksi sosial jika mereka lebih senang menghabiskan malam sendirian dengan ponsel ketimbang memilih bergaul dengan teman-teman mereka. Di Indonesia sendiri, gejala serupa sudah muncul dengan maraknya penggunaan telepon selular pintar berpadu semakin murahnya biaya internet. Terlihat dengan semakin banyaknya remaja yang memanfaatkan aplikasi Yahoo Messenger, BlackBerry Messenger, Google Talk, Facebook online, dan Twitter di telepon selular mereka. (wm)