Monday 25 April 2011

Contoh Angket

Contoh Angket
HUBUNGAN SARAPAN DAN PRESTASI AKADEMIS SISWA DI MTsN MALANG I
Nama :___________________
Kelas :________
Jenis Kelamin :
P/ L
Jawablah angket ini dengan sebenar-benarnya !
1. Apakah kamu terbiasa melakukan sarapan?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak
sarapan
2. Dimana kamu biasanya sarapan?
a. Di rumah
b. Dalam perjalanan ke sekolah
c. Di sekolah (sebelum jam pertama dimulai)
d. Istirahat pertama
3. Siapakah yang biasa menyiapkan sarapanmu?
a. Diri sendiri
b. Ibu
c. Kakak
d. Pembantu
4. Apakah kamu mengonsumsi susu atau sereal saat sarapan?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
5. Apakah kamu mengonsumsi makanan instant saat sarapan?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
6. Berapa banyak porsi sarapanmu?
a. 1 porsi makananmu saat makan siang/malam
b. 1/2 porsi makananmu saat makan siang/malam
c. 1 1/2 porsi makananmu saat makan siang/malam
d. 2 porsi makananmu saat makan siang/malam
7. Menu apakah yang paling sering kamu konsumsi saat sarapan?
a. Nasi, lauk pauk, sayur, buah
b. Nasi, lauk pauk, sayur
c. Nasi, lauk pauk, buah
d. Nasi, lauk pauk
8. Apakah kamu melakukan sarapan sambil beraktifitas lain?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
9. Jika kamu sarapan pagi sekitar jam ± 06.00 WIB, apakah kamu selalu makan
siang sebelum jam 12.00 ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
10. Apakah Kamu mengetahui manfaat sarapan?
a. Sangat tahu
b. Tahu
c. Kurang tahu
d. Tidak tahu
11. Menurutmu, apakah sarapan mempengaruhi daya konsentrasi belajarmu di
kelas?
a. Sangat mempengaruhi
b. Mempengaruhi
c. Kurang mempengaruhi
d. Tidak
mempengaruhi
12. Jika berpengaruh, apakah pengaruhnya bagimu?
a. Merasa bersemangat di kelas
c. Lebih
berkonsentrasi di kelas
b. Merasa mengantuk di kelas
d. Malas mengikuti pelajaran
13. Apakah kamu merasafit atau sehat saat di sekolah?
a. Sangat fit
b. Fit
c. Kurang fit
d. Tidak fit
14. Bagaimana prestasi belajarmu setelah terbiasa sarapan?
a. Sangat baik
b. Baik
c. Kurang baik
d.
Tidak baik
15. Apakah sekolahmu selalu menyarankan untuk sarapan pagi?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah

SKALA PENGUKURAN

SKALA PENGUKURAN
(Rating Scale)
Sering responden mempertanyakan arti dari pilihan mereka pada skala tersebut. Ada yang menggunakan 3 (tiga), 4 (empat), 5 (lima) atau lebih kategori tergantung pada pertanyaan. Ada kalanya perbedaan yang mungkin terjadi yang tidak diinginkan responden dalam arti kapasitas jawaban.
Contoh:
1. Apakah saudara setuju atau tidak setuju memperluas program ini ke daerah lainnya di Indonesia? (Centang salah satu)
(a) Sangat setuju
(b) Setuju
(c) Cukup setuju
(d) Kurang setuju
(e) Sangat kurang setuju
2. Bila di desa ini dibangun fasilitas umum menurut saudara apa yang penting. (Centang salah satu dari setiap butir berikut).
No. Program Kurang penting Sangat penting
1 2 3 4 5 6 7
1 Sanitasi
2 Turbin listrik mikro hidro
3 Jalan/tras
4 Sekolah
5 Puskermas


Dalam kasus perbedaan tertentu, gunakan skala penomoran mulai dari 0 atau 1 untuk beberapa penomoran, perhatikan contoh 2 di atas, ada 5 (lima) pilihan berseri (series) ingin mengungkapkan sikap; boleh juga dengan 4 (empat) pilihan berseri, yaitu: Sangat bagus, Bagus, Cukup, Kurang. Kadang kala ada juga sampai 10 (sepuluh) pilihan berseri, cuma akan kesulitan dalam hal memaknai angka-angka tersebut. Pada umumnya banyak dipakai 5 (lima) atau 4 (empat) pilihan berseri.

Hal lain yang diperhatikan, apakah butir kuesioner memakai pilihan genap (4) atau ganjil (5). Kalau pilihan ganjil berarti ada pilihan posisi netral (tengah) untuk responden, dan berbeda pada pilihan genap, responden dipaksa memilih salah satu sisi (arah pilihan posisitf atau negatif). Di bawah ini diberi beberapa contoh kategori tingkatan respon.
1) Kategori pilihan genap
Sangat tidak puas Semua tidak dibantu
Kurang puas Ada sedikit bantuan
Puas Ada cukup bantuan
Sangat puas Sangat membantu

2) Kategori pilihan ganjil
Sangat tidak suka Sangat tidak setuju
Umumnya tidak suka Beberapa tidak setuju
Tidak tentu Tidak jelas
Umumnya suka Beberapa setuju
Sangat suka Sangat setuju

Lima kategori pilihan lebih lengkap, daripada empat kategori. Perlu diperhatikan keseimbangan pilihan antara positif dan negatif.

Sunday 10 April 2011

Belajar dan Pembelajaran

Belajar dan Pembelajaran


Pengertian Belajar

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.

Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli :
* Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
* Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
* Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
* Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
* Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
* Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”

Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagi suatu sistem. sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Davis, l974 mengungkapkan bahwa learning system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalamanbelajar, fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan, dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan sedangkan dalam system teaching sistem, komponen perencanaan mengajar, bahan ajar, tujuan, materi dan metode, serta penilaian dan langkah mengajar akan berhubungan dengan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan.
Menurut Gagne, Briggs, dan Wagner pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar.
Ciri utama dari pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan komponen-komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran.

Belajar dan Pembelajaran

Belajar dan Pembelajaran


Pengertian Belajar

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.

Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli :
* Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
* Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
* Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
* Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
* Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
* Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”

Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagi suatu sistem. sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Davis, l974 mengungkapkan bahwa learning system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalamanbelajar, fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan, dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan sedangkan dalam system teaching sistem, komponen perencanaan mengajar, bahan ajar, tujuan, materi dan metode, serta penilaian dan langkah mengajar akan berhubungan dengan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan.
Menurut Gagne, Briggs, dan Wagner pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar.
Ciri utama dari pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan komponen-komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran.

TEKNIK-TEKNIK MEMAHAMI PERKEMBANGAN ANAK

TEKNIK-TEKNIK MEMAHAMI PERKEMBANGAN ANAK

BAB I
PENDAHULUAN
D.    Latar Belakang
Sebagai calon guru atau pendidik kita harus mempunyai pengetahuan, kreatifitas juga wawasan yang luas untuk memahami peserta didiknya. Selain itu kita harus mengerti psikokologi anak, kemampuan anak, kelemahan anak dan keinginan anak yang mempunyai bakat tertentu.
Untuk itu kita harus mengetahui tingkat kemampuan dan perkembangan peserta didik. Salah satunya dengan tes. Tes yang digunakan bisa bermacam-macam sesuai dengan kemampuan dan minat peserta didik.
Selain itu, tes bisa membantu kita untuk dapat mengetahui kemampuan juga kelemahan peserta didik yang menjadi masalah dalam kehidupannya. Untuk itu kita akan membahas sedikit mengenai teknik-teknik memahami anak atau peserta didik.
E.    Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Pengertian dan macam-macam teknik-teknik tes!
2.    Pengertian non-tes dan jenis-jenisnya!
3.    Bagaimana cara mengetahui kemampuan, bakat, permasalahan yang dihadapi siswa !
F.    Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1.    Mengetahui dan memahami pengertian dan macam-macam teknik-teknik tes.
2.    Mengetahui dan dapat menguraikan pengertian dan jenis-jenis non-tes.
3.    Dapat mengetahui juga mengungkap kemampuan, bakat juga membantu siswa dalam menhadapi permasalahannya.
BAB II
TEKNIK-TEKNIK MEMAHAMI PERKEMBANGAN ANAK
A.    Teknik Tes
Teknik tes atau sistem testing merupakan usaha pemahaman murid dengan menggunakan alat-alat yang bersifat mengungkap atau mentes.
Sedangkan tes adalah sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengobservasi (mengamati) tingkah laku individu melalui skala angka atau sistem kategori.
Selain itu tes mengandung pengertian alat untuk menentukan atau menguji sesuatu.
Penggunaan teknik dari tes bertujuan untuk:
2.    Menilai kemampuan belajar murid
3.    Memberikan bimbingan belajar kepada murid
4.    Mengecek kemampuan belajar
5.    Memahami kesulitan-kesulitan belajar
6.    Menilai efektivitas (keberhasilan) mengajar (Shertzer & Stone; 1971:235)
Berdasarkan atas aspek yang diukur, tes dibedakan atas:
a.    Tes intelegensi
b.    Tes bakat
c.    Tes kepribadian
d.    Tes prestasi belajar
Untuk itu kita akan membahas satu persatu
a.    Tes intelegensi
Yaitu suatu teknik atau alat yang digunakan untuk mengungkapkan tarap kemampuan dasar seseorang yaitu kemampuan dalam berpikir, bertindak dan menyesuaikan dirinya secara efektif.
Macam-macam tes intelegensi
1). Tes intelegensi umum, bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang taraf kemampuan seseorang.
2). Tes intelegensi khusus, menggambarkan taraf kemampuan seseorang secara spesifik.
3). Tes intelegensi differensial, memberikan gambaran tentang kemampuan seseorang dalam berbagai bidang yang memungkinkan didapatnya profil kemempuan tersebut.
Manfaat tes intelegensi
a). menganalisis berbagai masalah yang dialami murid
b). membantu memahami sebab terjadinya masalah
c). membantu memahami murid yang mempunyai kemampuan yang tinggi juga yang rendah
d). menafsirkan kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi siswa
b.    Tes bakat
Yaitu suatu teknik atau alat yang digunakan untuk mengetahui kecakapan, kemampuan atau keterampilan seseorang dalam bidang tertentu.
Tes bakat berguna untuk membantu seseorang dalam membuat rencana dan keputusan yang bijaksana berkenaan dengan pendidikan dan pekerjaan.
Untuk mengetahui bakat seseorang, telah dikembangkan berbagai macam tes seperti:
1). Rekonik, tes ini mengukur fungsi motorik, persepsi dan berpikir mekanis.
2). Tes bakat musik, tes yang mengukur kemampuan dalam aspek-aspek nada, suara, ritme, warna bunyi dan memori.
3). Tes bakat artistik, yaitu kemampuan menggambar, melikis dan meripa.
4). Tes bakat krelikal (perkantoran), yaitu tes mengukur kecepatan dan ketelitian.
5). Tes bakat multifaktor, tes yang mengukur berbagai kemampuan khusus.
Tes ini mengukur beberapa kemampuan khusus diantaranya yaitu:
-    Berpikir verbal, yang memngungkapkan kemampuan nalar secara verbal.
-    Kemampuan bilangan, kemampuan berpikir yang menggunakan angka-angka.
-    Berpikir abstrak, kemampuan berpikir dengan nalar yang bersifat nonverbal tanpa angka-angka.
-    Berpikir mekanik, kemempuan serta pemahaman mengenai huku-hukum yang mendasari alat-alat, mesin-mesin, dan gerakan-gerakan.
c.    Tes kepribadian
Yaitu suatu tes untuk mengetahui kepribadian seseorang yang terorganisasi secara dinamis dan sistem-sistem psikologis dalam sisi individu yang menentukan penyesuaian-penyesuain yang unik dengan lingkungan.
Kepribadian dapat diukur dengan jalan melihat:
-    Apa yang seseorang katakan tentang keadaan dirinya sendiri.
-    Apa yang orang lain katakan tentang keadaan diri seseorang.
-    Apa yang seseorang lakukan dalam situasi tertentu.
d.    Tes prestasi belajar
Yaitu suatu alat (tes) yang disusun untuk mengukur hasil-hasil pengajaran.
Tujuan utama penggunaan tes prestasi  belajar adalah agar guru dapat membuat keputusan-keputusan seleksi dan klasifikasi serta menentukan keefektifan pengajaran.
Tes ini meliputi:
1). Tes diagnostik,yang dirancang agar guru dapat mengetahui letak kesulitan murid, terutama dalam berhitung dan membaca.
2). Tes prestasi belajar kelompok yang baku.
3). Tes prestasi belajar yang disusun guru.
B.    Non-tes
Teknik non-tes merupakan prosedur mengumpulkan data untuk memahami pribadi siswa pada umumnya bersifat kualitatif.
Beberapa macam teknik non-tes diantaranya yaitu:
8.    Observasi (pengamatan)
Yaitu teknik atau cara mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah laku). Yang paling berperan disini adalah panca indra atau pengindraan terutama indra penglihatan, dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
-    dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu
-    direncanakan secara sistematis
-    hasilnya dicatat dan diolah sesuai tujuan
-    perlu diperiksa ketelitiannya.
Teknik observasi ini dapat dikelompokan kedalam beberapa jenis yaitu:
a.    Observasi sehari-hari
b.    Observasi sistematis
c.    Observasi partisipatif, disini pengamat ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang yang damati.
d.    Observasi nonpartisifatif, disini pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang yang diamati.
9.    Catatan anekdot
Yaitu catatan otentik hasil observasi yang menggambarkan tingkah laku murid atau kejadian dalam situasi khusus, bisa menyangkut individu juga kelompok.
Dengan menggunakan catatan anekdot guru dapat:
-    memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan anak
-    memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari gejala tingkah laku murid
-    memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan murid.
Catatan anekdot yang baik memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a.    Objektif
Untuk mempertahankan objektivitas dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
-    catatan dibuat sendiri oleh guru
-    pencatatan dilakukan segera setelah suatu kegiatan terjadi
-    deskripsi dari suatu peristiwa dipisahkan dari tafsiran pencatatan sendiri
b.    Deskriptif
Catatan suatu peristiwa mengenai murid hendaknya lengkap disertai latar belakang, percakapan dicatat secara langsung, dan kejadian-kejadian dicatat secara tersusun sesuai dengan kejadiannya.
c.    Selektif
Situasi yang dicatat adalah situasi yang relevan dengan tujuan dan masalah yang sedang menjadi perhatian guru sesuai keadaan murid.
10.    Wawancara
Wawancara merupakam teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung dengan responden atau orang ynag diminta informasi.
Kelebihan dan kekurangan wawancara
Kelebihannya yaitu:
-    merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkap keadaan pribadi murid
-    dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur
-    dapat dilaksanakan serempak dengan kegiatan observasi
-    digunakan untuk pelengkap data yang dikumpulkan dengan teknik lain
Kekuranganya yaitu:
-    tidak efisien, yaitu tidak dapat menghemat waktu
-    sangat bergantung terhadap kesediaan kedua belah pihak
-    menuntut penguasaan bahasa dari pihak pewawancara
11.    Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsuang, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden.
Beberapa petunjuk untuk menyusun angket:
-    gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti lengkap
-    susun kalimat sederhana tapi jelas
-    hindari kata-kata yang sulit dipahami
-    pertanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab
-    hindarkan kata-kata yang negatif dan menyinggung perasaan responden.
12.    Autobiografi
Yaitu sebuah karangan pribadi seseorang (siswa) yang murni hasil dirinya sendiri tanpa dimasuki pikiran dari orang lain, ini lebih menjurus tentang pengalaman hidup, cita-cita dan lain sebgainya.
Autobiografi bagi guru bertujuan untuk mengetahui keadaan murid yang berhubungan dengan minat, cita-cita, sikap terhadap keluarga, guru atau sekolah dan pengalaman hidupnya.
Autobiografi ini dalam pembuatannya dibagi kedalam dua jenis, yaitu karangan terstruktur dan tidak terstruktur.
a.    Terstruktur
Karangan pribadi ini disusun berdasarkan tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya, seperti: cita-citaku, keluargaku, teman-temanku, masa kecilku dan sebagainya.
b.    Tidak terstruktur
Di sini murid diminta membuat karangan pribadi secara bebas, dan tidak ditentukan kerangka karangan terlebih dahulu.
13.    Sosiometri
Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi dengan menghubungkan atau interasksi sosial diantara murid. Dengan sosiometri guru dapat mengetahui tentang:
-    murid yang populer (banyak disenangi teman).
-    murid yang terisolir (tidak dipilih/disukai teman).
-    klik (kelompok kecil, 2-3 orang murid).
Sosiometri juga dapat digunakan untuk:
-    memperbaiki hubungan insani diantara anggota-anggota kelompok tertentu
-    menentukan kelompok kerja
-    meneliti kemampuan memimpin seorang individu dalam kelompok tertentu untuk suatu kegiatan tertentu.
14.    Studi kasus
Dalam melaksanakan studi kasus ini dapat ditempuh langkah-langkah :
a.    Menemukan murid yang bermasalah, contih: prestasi belajarnya sangat rendah, nakal, sering bertengkar dan sering bolos.
b.    Memperoleh data
Cara untuk memperoleh data:
1). Wawancara dengan guru lain
2). Home visit, yaitu kunjungan kerumah orang tua murid
3). Wawancara langsung dengan siswa yang bersangkutan
c.    Menganalisis data
Berbagai faktor yang mungkin terjadi penyebab anak mengalami kelainan:
-    kondisi keluarga yang tidak harmonis
-    tingkat kecerdasan rendah
-    motivasi belajar rendah
-    sering sakit-sakitan
-    kurang mengetahui konsep-konsep dasar atau pengetahuan tentang mata pelajaran tertentu
d.    Memberikan layanan bantuan
Apabila berdasarkan analisis ternyata faktor penyebabnya itu kurang menguasai konsep-konsep dasar dalam mata pelajaran tertentu, maka caranya yaitu dengan mengajar kembali tentang konsep-konsep dasar mata pelajaran tertentu.
BAB III
PENUTUP
C.    Kesimpulan
Teknik tes merupakan salah satu metode atau cara yng digunakan untuk mengukur atau mengetahui tingkat kemampuan dan kelemahan seseorang.
Teknik tes terbagi beberapa macam diantaranya:
a.    Tes intelegensi
b.    Tes bakat
c.    Tes kepribadian
d.    Tes hasil belajar
Selain itu untuk memahami perkembangan anak sebagai peserta didik digunakan Non-tes yang merupakan proses pengumpulan data untuk memahami pribadi pada umumnya bersifat kualitatif.
Macam-macam non-tes diantaranya:
a.    Observasi
b.    Wawancara
c.    Catatan anekdot
d.    Autobiografi
e.    Sosiometri
f.    Studi khusus
Teknik-teknik tersebut bertujuan untuk membantu memberi informasi kepada guru untuk mengetahui anak yang berbakat, kemampuan tinggi, kemampuan rendah, anak bermasalah dan sebagainya.
Untuk itu kita bisa mencoba melakukan teknik tes ataupun non-tes untuk mengetahui suatu informasi yang diperlikan.
D.    Saran
Adapun beberapa saran yang dapat kami sampaikan yaitu :
1.    Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan keinginannya.
2.    Lakukanlah beberapa teknik tes atau non-tes yang bisa memecahkan masalah yang dihadapi siswa.
3.    Lakukanlah secara kontinue/berkesinambungan untuk mengetahui keadaan siswa.
4.    berikanlah bimbingan juga pengarahan tambahan atau lebih kepada siswa bila diperlukan.
DAFTAR FUSTAKA
Amti, Erman & Marjohan. 1992. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Tim Dosen MK Bidang Kependidikan. 2006. Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung : Tim Dosen

ANECDOTAL RECORD

MATERI VI
ANECDOTAL RECORD
A. Pengertian
Anecdotal Record merupakan record atau catatan - catatan yang bersifat komulatif
dari beberapa tingkah laku individu yang luar biasa ( Bimo Walgito, 1987 ).
Anecdotal Record merupakan catatan yang dibuat oleh penyelidik mengenai
kelakuan-kelakuan yang luar biasa ( Sutrisno Hadi, 1985).
Anecdotal Record adalah catatan tentang kejadian khusus yang bertalian dengan
masalah yang sedang menjadi pusat perhatian pengamat, terutama tingkah laku
individu yang diamati yang sifatnya typis ( Depdikbud, 1975).
The anecdote is a written account of a student’s actual behavior as observed ia a
specific situation (Mortensen & Schmuller, 1964).
Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian Anecdotal Record ialah
alat pencatat hasil observasi yang bersifat komulatif dari tingkah laku individu yang
luar biasa ( typical behavior )
B. Ciri - ciri Anecdotal Record yang Baik
1. Menerangkan tanggal, tempat dan waktu berlangsungnya kejadian tertentu, dan
siapa yang menjadi observer.
2. Melukiskan peristiwa yang faktuil dan obyektif. Peristiwa obyektif adalah laporan
yang mempunyai gambar potret atau apa adanya agar tidak ada yang tertinggal.
3. Segera dibuat setelah peristiwa itu terjadi, untuk menghindari kelupaan.
4. Harus dibuat oleh beberapa penyelidik.
5. Harus bersifat selektif, dipilih peristiwa yang penuh arti dan yang ada hubungannya
dengan perkembangan individu.
6. Laporan harus faktuil, dipisahkan dari data dan interpretasi.
C. Manfaat Catatan Anekdot bagi Konselor
1. Konselor dapat memperoleh pemahaman yang lebih tepat dari tingkah laku yang
ditunjukkan oleh individu.
2. Konselor memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari suatu tingkah laku
individu yang bersangkutan.
3. Dengan mengetahui tingkah laku yang luar biasa itu, konselor dapat
mempertimbangkan cara-cara untuk menyesuaikan diri dengan masalah dan
kebutuhan individu yang bersangkutan .
D. Penggunaan Catatan Anekdot.
Anecdotal Record dapat dipergunakan dalam berbagai situasi antara lain sewaktu
individu :
· Sedang menghadapi masalah
· Berada ditempat asing/diantara orang-orang yang belum dikenal
· Berada di rumah , sekolah, kantor.
E. Macam-macam Catatan Anekdot
1. Catatan anekdot type evaluasi
Berisi pernyataan yang menerangkan penilaian pencatatan/pengamat berdasarkan
ukuran baik buruk, yang diinginkan/yang tidak diinginkan, yang diterima/tidak
diterima. Contoh : pada hari ke 7 Amir memperlihatkan sikap yang lebih baik
terhadap teman-teman sepermainan. Ia mulai memberikan pertolongan kepada
teman-temannya.
2. Catatan Enekdot type interpretatif
Berisi penjelasan tentang kegiatan tingkah laku atau situasi yang telah
diobservasi oleh pengamat dengan dukungan / pendukung fakta yang diobservasi
itu. Contoh : pada minggu terakhir Ani tampak gelisah. Pertumbuhan badannya
begitu cepat. Tentulah pertumbuhan itu yang menyebabkan ia gelisah
3. Catatan Anekdot type deskripsi umum.
Berisi tentang catatan kegiatan, tingkah laku, atau situasi dalam bentuk
pernyataan umum. Contoh : Ali mulai tidak tenang kerjanya di kelas. Banyak
pekerjaannya tidak selesai pada waktunya. Dia mulai menghindarkan diri dari
pertemuan dan percakapan dengan teman.
4. Catatan Anekdot type deskripsi khusus.
Catatan yang berisi uraian tentang kegiatan, tingkah laku individu atau situasi
secara khusus dan teliti. Contoh : udara sangat dingin disertai hujan rintik-rintik,
sehingga pada waktu istirahat hari ini siswa tidak turun ke lapangan bermain.
Mereka memilih di ruang olah raga . Amin dan Ali memilih permainan galah
dengan beberapa temannya. Masing-masing dari mereka menjadi ketua dari kedua
regu yang berlawanan. dan teman temannya yang lain harus memilih pada regu
yang mana. Tiba-tiba Amin berteriak dari jauh dan menyatakan bahwa temantemannya
yang lain tidak mau memilih regu yang dipimpinnya. Kemudian Ali
menjawab dengan tenang, habis maunya begitu dan saya tidak dapat mencegahnya.
F. Keterbatasan Catatan Anekdot
1. Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan catatan anekdot sangat banyak, sehingga
hanya dilakukan terhadap beberapa klien yang khusus saja.
2. Pembimbing yang belum berpengalaman akan menitik beratkan pengamatannya
kebanyakan pada aspek-aspek tingkah laku yang tidak baik saja dan kurang
mencatat tingkah laku yang baik, karena sudah beranggapan bahwa seorang, klien
itu mempunyai kekurangan-kekurangan.
3. Pada pembuatan catatan anekdot hendaknya diingat mengenai kekurangankekurangan
yang ada pada sampel, kemungkinan besar tingkah laku yang dicatat
tadi tidak mewakili reaksi klien yang sebenarnya.
4. Tingkah laku yang diamati harus dilihat sebagai bagian dari keseluruhan tingkah
lakunya.
G. Contoh Catatan Anekdot
The form used for recording anecdotes should be preferably short and informal. It
should include the name of student, date, the observer’s name, where the incident took
place, and any comments or suggestions. Lihat contoh format catatan anekdot di
bawah ini (Mortensen& Schmuller, 1964:167):
H. Bentuk-bentuk Anekdot Record
1. Bentuk I : hanya sampai data
Student’s Name ....................... Date........................
Observer’s Name ......................................................
Where Observed
...................................................................................
Comments and Suggestions :
2. Bentuk II : sudah ada interprestasi
3. Bentuk III : selain ada data dan interprestasi juga ada rekomendasi ( sudah ada
perumusan masalahnya penganalisaan ).
Catatan anekdot dapat dibuat oleh tenaga-tenaga kependidikan, baik guru maupun
non guru, yang sempat mengobservasi tingkah laku siswa dalam berbagai situasi
sekolah. Guru dapat membuat catatan anekdot, hanya sampai data ( bentuk I ). Bentuk
II dan III harus dibuat konselor, karena memerlukan ketrampilan tertentu. Interpretasi
atau rekomendasi , komentar hendaknya ditulis di ruang tersendiri yang terpisah dari
ruang untuk memuat diskripsi.
I. Konsekuensi bagi Konselor yang Menggunakan Catatan Anekdot
1. Harus menguasai metode observasi dan mempunyai ketrampilan mencatat
2. Dapat membuat interpretasi dengan tepat
3. Dapat menyusun rekomendasi dengan tepat berdasarkan diagnosa.

ANECDOTAL RECORD

MATERI VI
ANECDOTAL RECORD
A. Pengertian
Anecdotal Record merupakan record atau catatan - catatan yang bersifat komulatif
dari beberapa tingkah laku individu yang luar biasa ( Bimo Walgito, 1987 ).
Anecdotal Record merupakan catatan yang dibuat oleh penyelidik mengenai
kelakuan-kelakuan yang luar biasa ( Sutrisno Hadi, 1985).
Anecdotal Record adalah catatan tentang kejadian khusus yang bertalian dengan
masalah yang sedang menjadi pusat perhatian pengamat, terutama tingkah laku
individu yang diamati yang sifatnya typis ( Depdikbud, 1975).
The anecdote is a written account of a student’s actual behavior as observed ia a
specific situation (Mortensen & Schmuller, 1964).
Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian Anecdotal Record ialah
alat pencatat hasil observasi yang bersifat komulatif dari tingkah laku individu yang
luar biasa ( typical behavior )
B. Ciri - ciri Anecdotal Record yang Baik
1. Menerangkan tanggal, tempat dan waktu berlangsungnya kejadian tertentu, dan
siapa yang menjadi observer.
2. Melukiskan peristiwa yang faktuil dan obyektif. Peristiwa obyektif adalah laporan
yang mempunyai gambar potret atau apa adanya agar tidak ada yang tertinggal.
3. Segera dibuat setelah peristiwa itu terjadi, untuk menghindari kelupaan.
4. Harus dibuat oleh beberapa penyelidik.
5. Harus bersifat selektif, dipilih peristiwa yang penuh arti dan yang ada hubungannya
dengan perkembangan individu.
6. Laporan harus faktuil, dipisahkan dari data dan interpretasi.
C. Manfaat Catatan Anekdot bagi Konselor
1. Konselor dapat memperoleh pemahaman yang lebih tepat dari tingkah laku yang
ditunjukkan oleh individu.
2. Konselor memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari suatu tingkah laku
individu yang bersangkutan.
3. Dengan mengetahui tingkah laku yang luar biasa itu, konselor dapat
mempertimbangkan cara-cara untuk menyesuaikan diri dengan masalah dan
kebutuhan individu yang bersangkutan .
D. Penggunaan Catatan Anekdot.
Anecdotal Record dapat dipergunakan dalam berbagai situasi antara lain sewaktu
individu :
· Sedang menghadapi masalah
· Berada ditempat asing/diantara orang-orang yang belum dikenal
· Berada di rumah , sekolah, kantor.
E. Macam-macam Catatan Anekdot
1. Catatan anekdot type evaluasi
Berisi pernyataan yang menerangkan penilaian pencatatan/pengamat berdasarkan
ukuran baik buruk, yang diinginkan/yang tidak diinginkan, yang diterima/tidak
diterima. Contoh : pada hari ke 7 Amir memperlihatkan sikap yang lebih baik
terhadap teman-teman sepermainan. Ia mulai memberikan pertolongan kepada
teman-temannya.
2. Catatan Enekdot type interpretatif
Berisi penjelasan tentang kegiatan tingkah laku atau situasi yang telah
diobservasi oleh pengamat dengan dukungan / pendukung fakta yang diobservasi
itu. Contoh : pada minggu terakhir Ani tampak gelisah. Pertumbuhan badannya
begitu cepat. Tentulah pertumbuhan itu yang menyebabkan ia gelisah
3. Catatan Anekdot type deskripsi umum.
Berisi tentang catatan kegiatan, tingkah laku, atau situasi dalam bentuk
pernyataan umum. Contoh : Ali mulai tidak tenang kerjanya di kelas. Banyak
pekerjaannya tidak selesai pada waktunya. Dia mulai menghindarkan diri dari
pertemuan dan percakapan dengan teman.
4. Catatan Anekdot type deskripsi khusus.
Catatan yang berisi uraian tentang kegiatan, tingkah laku individu atau situasi
secara khusus dan teliti. Contoh : udara sangat dingin disertai hujan rintik-rintik,
sehingga pada waktu istirahat hari ini siswa tidak turun ke lapangan bermain.
Mereka memilih di ruang olah raga . Amin dan Ali memilih permainan galah
dengan beberapa temannya. Masing-masing dari mereka menjadi ketua dari kedua
regu yang berlawanan. dan teman temannya yang lain harus memilih pada regu
yang mana. Tiba-tiba Amin berteriak dari jauh dan menyatakan bahwa temantemannya
yang lain tidak mau memilih regu yang dipimpinnya. Kemudian Ali
menjawab dengan tenang, habis maunya begitu dan saya tidak dapat mencegahnya.
F. Keterbatasan Catatan Anekdot
1. Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan catatan anekdot sangat banyak, sehingga
hanya dilakukan terhadap beberapa klien yang khusus saja.
2. Pembimbing yang belum berpengalaman akan menitik beratkan pengamatannya
kebanyakan pada aspek-aspek tingkah laku yang tidak baik saja dan kurang
mencatat tingkah laku yang baik, karena sudah beranggapan bahwa seorang, klien
itu mempunyai kekurangan-kekurangan.
3. Pada pembuatan catatan anekdot hendaknya diingat mengenai kekurangankekurangan
yang ada pada sampel, kemungkinan besar tingkah laku yang dicatat
tadi tidak mewakili reaksi klien yang sebenarnya.
4. Tingkah laku yang diamati harus dilihat sebagai bagian dari keseluruhan tingkah
lakunya.
G. Contoh Catatan Anekdot
The form used for recording anecdotes should be preferably short and informal. It
should include the name of student, date, the observer’s name, where the incident took
place, and any comments or suggestions. Lihat contoh format catatan anekdot di
bawah ini (Mortensen& Schmuller, 1964:167):
H. Bentuk-bentuk Anekdot Record
1. Bentuk I : hanya sampai data
Student’s Name ....................... Date........................
Observer’s Name ......................................................
Where Observed
...................................................................................
Comments and Suggestions :
2. Bentuk II : sudah ada interprestasi
3. Bentuk III : selain ada data dan interprestasi juga ada rekomendasi ( sudah ada
perumusan masalahnya penganalisaan ).
Catatan anekdot dapat dibuat oleh tenaga-tenaga kependidikan, baik guru maupun
non guru, yang sempat mengobservasi tingkah laku siswa dalam berbagai situasi
sekolah. Guru dapat membuat catatan anekdot, hanya sampai data ( bentuk I ). Bentuk
II dan III harus dibuat konselor, karena memerlukan ketrampilan tertentu. Interpretasi
atau rekomendasi , komentar hendaknya ditulis di ruang tersendiri yang terpisah dari
ruang untuk memuat diskripsi.
I. Konsekuensi bagi Konselor yang Menggunakan Catatan Anekdot
1. Harus menguasai metode observasi dan mempunyai ketrampilan mencatat
2. Dapat membuat interpretasi dengan tepat
3. Dapat menyusun rekomendasi dengan tepat berdasarkan diagnosa.

ANECDOTAL RECORD

MATERI VI
ANECDOTAL RECORD
A. Pengertian
Anecdotal Record merupakan record atau catatan - catatan yang bersifat komulatif
dari beberapa tingkah laku individu yang luar biasa ( Bimo Walgito, 1987 ).
Anecdotal Record merupakan catatan yang dibuat oleh penyelidik mengenai
kelakuan-kelakuan yang luar biasa ( Sutrisno Hadi, 1985).
Anecdotal Record adalah catatan tentang kejadian khusus yang bertalian dengan
masalah yang sedang menjadi pusat perhatian pengamat, terutama tingkah laku
individu yang diamati yang sifatnya typis ( Depdikbud, 1975).
The anecdote is a written account of a student’s actual behavior as observed ia a
specific situation (Mortensen & Schmuller, 1964).
Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian Anecdotal Record ialah
alat pencatat hasil observasi yang bersifat komulatif dari tingkah laku individu yang
luar biasa ( typical behavior )
B. Ciri - ciri Anecdotal Record yang Baik
1. Menerangkan tanggal, tempat dan waktu berlangsungnya kejadian tertentu, dan
siapa yang menjadi observer.
2. Melukiskan peristiwa yang faktuil dan obyektif. Peristiwa obyektif adalah laporan
yang mempunyai gambar potret atau apa adanya agar tidak ada yang tertinggal.
3. Segera dibuat setelah peristiwa itu terjadi, untuk menghindari kelupaan.
4. Harus dibuat oleh beberapa penyelidik.
5. Harus bersifat selektif, dipilih peristiwa yang penuh arti dan yang ada hubungannya
dengan perkembangan individu.
6. Laporan harus faktuil, dipisahkan dari data dan interpretasi.
C. Manfaat Catatan Anekdot bagi Konselor
1. Konselor dapat memperoleh pemahaman yang lebih tepat dari tingkah laku yang
ditunjukkan oleh individu.
2. Konselor memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari suatu tingkah laku
individu yang bersangkutan.
3. Dengan mengetahui tingkah laku yang luar biasa itu, konselor dapat
mempertimbangkan cara-cara untuk menyesuaikan diri dengan masalah dan
kebutuhan individu yang bersangkutan .
D. Penggunaan Catatan Anekdot.
Anecdotal Record dapat dipergunakan dalam berbagai situasi antara lain sewaktu
individu :
· Sedang menghadapi masalah
· Berada ditempat asing/diantara orang-orang yang belum dikenal
· Berada di rumah , sekolah, kantor.
E. Macam-macam Catatan Anekdot
1. Catatan anekdot type evaluasi
Berisi pernyataan yang menerangkan penilaian pencatatan/pengamat berdasarkan
ukuran baik buruk, yang diinginkan/yang tidak diinginkan, yang diterima/tidak
diterima. Contoh : pada hari ke 7 Amir memperlihatkan sikap yang lebih baik
terhadap teman-teman sepermainan. Ia mulai memberikan pertolongan kepada
teman-temannya.
2. Catatan Enekdot type interpretatif
Berisi penjelasan tentang kegiatan tingkah laku atau situasi yang telah
diobservasi oleh pengamat dengan dukungan / pendukung fakta yang diobservasi
itu. Contoh : pada minggu terakhir Ani tampak gelisah. Pertumbuhan badannya
begitu cepat. Tentulah pertumbuhan itu yang menyebabkan ia gelisah
3. Catatan Anekdot type deskripsi umum.
Berisi tentang catatan kegiatan, tingkah laku, atau situasi dalam bentuk
pernyataan umum. Contoh : Ali mulai tidak tenang kerjanya di kelas. Banyak
pekerjaannya tidak selesai pada waktunya. Dia mulai menghindarkan diri dari
pertemuan dan percakapan dengan teman.
4. Catatan Anekdot type deskripsi khusus.
Catatan yang berisi uraian tentang kegiatan, tingkah laku individu atau situasi
secara khusus dan teliti. Contoh : udara sangat dingin disertai hujan rintik-rintik,
sehingga pada waktu istirahat hari ini siswa tidak turun ke lapangan bermain.
Mereka memilih di ruang olah raga . Amin dan Ali memilih permainan galah
dengan beberapa temannya. Masing-masing dari mereka menjadi ketua dari kedua
regu yang berlawanan. dan teman temannya yang lain harus memilih pada regu
yang mana. Tiba-tiba Amin berteriak dari jauh dan menyatakan bahwa temantemannya
yang lain tidak mau memilih regu yang dipimpinnya. Kemudian Ali
menjawab dengan tenang, habis maunya begitu dan saya tidak dapat mencegahnya.
F. Keterbatasan Catatan Anekdot
1. Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan catatan anekdot sangat banyak, sehingga
hanya dilakukan terhadap beberapa klien yang khusus saja.
2. Pembimbing yang belum berpengalaman akan menitik beratkan pengamatannya
kebanyakan pada aspek-aspek tingkah laku yang tidak baik saja dan kurang
mencatat tingkah laku yang baik, karena sudah beranggapan bahwa seorang, klien
itu mempunyai kekurangan-kekurangan.
3. Pada pembuatan catatan anekdot hendaknya diingat mengenai kekurangankekurangan
yang ada pada sampel, kemungkinan besar tingkah laku yang dicatat
tadi tidak mewakili reaksi klien yang sebenarnya.
4. Tingkah laku yang diamati harus dilihat sebagai bagian dari keseluruhan tingkah
lakunya.
G. Contoh Catatan Anekdot
The form used for recording anecdotes should be preferably short and informal. It
should include the name of student, date, the observer’s name, where the incident took
place, and any comments or suggestions. Lihat contoh format catatan anekdot di
bawah ini (Mortensen& Schmuller, 1964:167):
H. Bentuk-bentuk Anekdot Record
1. Bentuk I : hanya sampai data
Student’s Name ....................... Date........................
Observer’s Name ......................................................
Where Observed
...................................................................................
Comments and Suggestions :
2. Bentuk II : sudah ada interprestasi
3. Bentuk III : selain ada data dan interprestasi juga ada rekomendasi ( sudah ada
perumusan masalahnya penganalisaan ).
Catatan anekdot dapat dibuat oleh tenaga-tenaga kependidikan, baik guru maupun
non guru, yang sempat mengobservasi tingkah laku siswa dalam berbagai situasi
sekolah. Guru dapat membuat catatan anekdot, hanya sampai data ( bentuk I ). Bentuk
II dan III harus dibuat konselor, karena memerlukan ketrampilan tertentu. Interpretasi
atau rekomendasi , komentar hendaknya ditulis di ruang tersendiri yang terpisah dari
ruang untuk memuat diskripsi.
I. Konsekuensi bagi Konselor yang Menggunakan Catatan Anekdot
1. Harus menguasai metode observasi dan mempunyai ketrampilan mencatat
2. Dapat membuat interpretasi dengan tepat
3. Dapat menyusun rekomendasi dengan tepat berdasarkan diagnosa.

Saturday 2 April 2011

Culluunk Adhiyoga: Proposal

Culluunk Adhiyoga: Proposal: "CONTOH PROPOSAL BIMBINGAN DAN KONSELING KORELASI PERLAKUAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 1..."

Proposal

CONTOH PROPOSAL BIMBINGAN DAN KONSELING

KORELASI PERLAKUAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SAMUDRA KULON KECAMATAN GUMELAR KABUPATEN BANYUMAS
 
A. Latar Belakang Masalah
Dalam proses pendidikan, semua stakeholder yang terkait dengan proses tersebut mempunyai peran dan tanggungjawab sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Masing-masing peran tersebut harus berjalan secara sinergis saling melengkapi sehingga membentuk sustu sistem yang harmonis. Dari peran-peran yang ada, peran guru bimbingan dan konseling sangat diperlukan sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan dari, untuk, dan oleh manusia memiliki pengertian yang  khas. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu dengan menggunakan berbagai prosedur, cara dan bahan agar idividu tersebut mampu mandiri dalam memecahakan masalah-masalah yang dihadapinya. Sedangkan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang didasarkan  pada prosedur wawancara konseling oleh seorang ahli kepada yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Dengan bimbingan dan konseling tersebut, siswa akan melakukan aktifitas belajar sesuai dengan apa yang telah ditentukan, atau telah diatur dalam suatu  aturan (norma). Sebagaimana dikemukakan oleh Moeliono (1993: 208) bahwa disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma.
Upaya peningkatan pendidikan berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan yang dilakukan oleh suatu bangsa.  Tidak sedikit pakar dari berbagai cabang ilmu pengetahuan di dunia ini mempunyai pendapat demikian. Frederick Harbison (1961 dalam Todaro, 1999 : 455) yang menyatakan bahwa:
Sumber daya manusia merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa. Modal fisik dan sumber daya alam hanyalah faktor produksi yang pada dasarnya bersifat pasif. Manusia yang merupakan agen-agen aktif akan mengumpulkan modal, mengeksploitasikan sumber daya alam, membangun berbagai macam organisasi sosial, ekonomi dan politik, serta melaksanakan pembangunan nasional. Dengan demikian jika suatu negara tidak segera mengembangkan keahlian dan pengetahuan rakyatnya, maka Negara tersebut tidak akan dapat mengembangkan apa pun.  
 
Pendapat di atas dapat dilihat kebenarannya dari kondisi penanganan pendidikan di berbagai Negara dengan kondisi kemajuan kehidupan sosial ekonominya. Negara yang terkenal melimpah dengan kekayaan sumber daya alam tetapi kurang memperhatikan pengembangan sumber daya manusia melalui sistem pendidikan  yang dapat mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia akan kalah tingkat kemakmurannya jika dibandingkan dengan Negara yang kurang beruntung dalam hal kekayaan sumber daya alam tetapi berhasil mengembangkan sistem pendidikan yang dapat berperan untuk mendorong peningkatan kualitas sumber daya alam.
Pada umumnya manusia yang beradabsetidak-tidaknya memiliki common sense tentang pendidikan, bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek keidupan dan penghidupan (Mikarsa, 2004: 2). Pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan manusia di masa depan. Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal, yaitu pengembangan potensi individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta karakteristik lingkungan fisik dan lingkungan sosio budaya di mana dia hidup (Ibid, 2).
Pendidikan merupakan fenomena manusia yang sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka pendidikan dapat dilihat dan dijelaskan dari berbagai sudut pandang, seperti dari sudut pandang psikologi, sosiologi dan antropologi, ekonomi, politik, komunikasi dan sebagainya. Manusia dituntut untuk mampu memperkembangkan dan menyesuaikan diri terhadap masyarakat. Untuk itu manusia telah dilengkapi dengan berbagai potensi baik yang berkenaan dengan keindahan dan ketinggian derajad kemanusiaan maupun berkenaan dengan dimensi kemanusiaannya yang memungkinkan untuk memenuhi tuntutan kemanusiaannya.
Menurut Priyatno (1999, 25) pengembangan manusia seutuhnya hendaknya mencapai pribadi-pribadi yang pendiriannya matang, dengan kemampuan sosial yang menyejukan, kesusilaan yang tinggi, dan keimanan serta ketaqwaan yang dalam. Dalam proses pendidikan banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh anak-anak, remaja, dan pemuda yang menyangkut dimensi kemanusiaan mereka. 
Lebih lanjut Priyanto mengemukakan bahwa permasalahan yang dialami oleh para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal tersebut  juga disebabkan oleh karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang disebabkan oleh hal-hal di luar sekolah. Dalam hal ini permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja, termasuk perilaku siswa yang tidak dapat mengatur waktu untuk melakukan aktifitas belajar sesuai apa yang dibutuhkan, diatur, atau diharapkan. Apabila para siswa tersebut belajar sesuai dengan kehendak sendiri dalam arti tanpa aturan yang jelas, maka upaya belajar siswa tersebut tidak dapat berjalan dengan efektif. Apalagi tantangan kehidupan sosial dewasa ini semakin kompleks, termasuk tantangan dalam mengalokasikan waktu. Dalam hal ini jika pengaturan waktu berdasarkan kesadaran sendiri maupun arahan pihak lain tidak dilakukan dengan disiplin maka semuanya akan menjadi kacau. Demikian pula dengan kedisiplinan siswa dalam melakukan aktifitas belajar dipadukan aktifitas lain dalam kehidupan sehari-hari. Disinilah perlakuan guru bimbingan dan konseling diperlukan untuk mendampingi mereka.
Pelayanan guru bimbingan dan konseling hendaknya berjalan secara efektif membantu siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangannnya dan mengatasi permasalahannya termasuk membimbing para siswa untuk berperilaku disiplin. Disinilah  dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling disamping kegiatan pengajaran. Dan pelayanan bimbingan dan konseling merupakan peran yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi berbagai permasalahan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Permasalahan tersebut mencakup permasalahan yang terjadi di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Manfaat bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling cukup penting bagi seorang siswa untuk mengatasi berbagai permasalahan termasuk dalam mengatasi permasalahan pribadi siswa.   
B. Rumusan Masalah  
Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Apakah ada korelasi antara perlakuan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan belajar siswa.
2.      Sejauh korelasi antara perlakuan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan belajar siswa terjadi.
C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.Tujuan Penelitian
a.       Untuk mengetahui apakah ada korelasi antara perlakuan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan belajar siswa.
b.      Untuk mengetahui sejauh korelasi antara perlakuan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan belajar siswa terjadi.
2. Kegunaan Penelitian
a.       Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan terutama dikaitkan dengan  hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
b.      Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka penyempurnaan konsep maupun implementasi praktik pendidikan sebagai upaya yang strategis dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
D. Tinjauan Teori
1. Kedisiplinan Belajar Siswa Dalam Proses Pendidikan
Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak). Menurut Moeliono (1993: 208) disiplin artinya adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain sebagainya. Sedangkan pengertian siswa adalah pelajar atau anak (orang) yang melakukan aktifitas belajar ( Ibid: 849).  Dengan demikian disiplin siswa adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa kepada aturan, tata tertib atau norma di sekolah yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.
Dari pengertian tersebut, kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah.
Salah satu pengertian pendidikan yang sangat umum dikemukakan oleh Driyarkara (1980 dalam Mikarsa, 2004:2) yang menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf insani harus diwujudkan dalam seluruh proses atau upaya pendidikan.
Dalam Dictionary of Education dikemukakan bahwa pendidikan adalah (1) proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk dan tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana dia hidup (2) proses sosial dimana sesorang diharapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.
G. Thomson (1957 dalam Mikarsa, 2004: 1.2) menyatakan bahwa pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan-kebiasaan pemikiran, sikap-sikap, dan tingkah laku. Sedangkan Crow and Crow (1960 dalam Mikarsa, 2004) menyatakan bahwa “harus diyakini bahwa fungsi utama pendidikan adalah bimbingan terhadap individu dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sehingga dia memperoleh kepuasan dalam seluruh aspek kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diberikan beberapa ciri atau unsur umum dalam pendidikan yaitu :
1.      Pendidikan harus memiliki tujuan, yang pada hakekatnya adalah pengembangan potensi individu yang bermanfaat bagi kehidupan pribadinya maupun warga-negara atau  negara lainnya.
2.      Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan upaya yang disengaja dan terencana yang meliputi upaya bimbingan, pengajaran, dan pelatihan.
3.      Kegiatan tersebut harus diwujudkan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat yang lazim disebut dengan pendidikan formal, informal, dan non-formal.
2. Perlakuan Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Proses Pendidikan
Tilaar (1999 dalam Mikarsa 2004: 1.3) merumuskan hakekat pendidikan sebagai suatu proses menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional, dan global. Agar pendidikan dapat berhasil sesuai dengan tujuan diperlukan berbagai sarana atau sumberdaya seperti bangunan sekolah, buku/materi pelajaran, guru, dan sarana pendukung lainnya. Berkaitan dengan guru, sebagaimana telah dikemukakan bahwa dalam proses pendidikan banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh anak-anak, remaja, dan pemuda yang menyangkut dimensi kemanusiaan mereka.  Lebih lanjut Priyanto mengemukakan bahwa permasalahan yang dialami oleh para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal tersebut  juga disebabkan oleh karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang disebabkan oleh hal-hal di luar sekolah. Dalam hal ini permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja. Apabila misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang luas untuk secara efektif membantu siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangannnya dan mengatasi permasalahannya,  maka segenap kegiatan dan kemudahan yang diselenggarakan sekolah perlu diarahkan kesana. Disinilah  dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling disamping kegiatan pengajaran. Dan pelayanan bimbingan dan konseling merupakan peran yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling.
Priyanto (1999, 30) menyatakan bahwa keberadaan pelayanan bimbingan dan penyuluhan berperan untuk :
1. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan;
2. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
Dalam Penjelasan PP Nomor 29 Tahun 1990 menyebutkan bahwa :
1. Bimbingan dalam rangka menemukan siswa dimaksudkan untuk membantu siswa mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya.
2. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan untuk membantu siswa menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, ekonomi, budaya, serta alam yang ada.
3. Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan mempersiapkan diri untuk langkah yang dipilihnya setelah tamat belajar pada sekolah menengah serta kariernya di masa depan.
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang tugas dan ruang lingkupnya cukup penting dalam mendukung keberhasilan pendidikan. Lebih jauh, mengingat bahwa sumber permasalahan anak-anak, remaja, dan pemuda sebagian besar berada di luar sekolah, dan lagi pula bahwa permasalahan yang dialami manusia tidak hanya terdapat disekolah, maka pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau daerah-daerah yang lebih luas di luar sekolah.
Anak-anak, para remaja, dan pemuda bahkan orang-orang dewasa dalam keluarga, dalam lembaga-lembaga kerja, dan dalam organisasi serta lembaga-lembaga kemasyarakatan pada umumnya mempunyai kemungkinan untuk menghadapi masalah dalam kehidupan dan dalam rangka mengupayakan pengembangan manusia seutuhnya. Sudah barang tentu upaya tersebut tidak terhindar dari berbagi sumber rintangan  dan kegagalan sehingga penyelenggaraannya perlu dilakukan   secara luas dan mendalam mencakup segenap segi kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat . Pengajaran di kelas-kelas saja tidak cukup memadai untuk menjawab tuntutan penyelenggaraan pendidikan yang luas dan mendalam.   
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan dari, untuk, dan oleh manusia memiliki pengertian yang  khas. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu dengan menggunakan berbagai prosedur, cara dan bahan agar idividu tersebut mampu mandiri dalam memecahakan masalah-masalah yang dihadapinya. Sedangkan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang didasarkan  pada prosedur wawancara konseling oleh seorang ahli kepada yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Pengertian konseling sering digunakan istilah penyuluhan, padahal istilah penyuluhan telah terlanjur digunakan secara luas di masyarakat untuk pengertian  - pengertian yang tidak begitu relevan dengan makna konseling yang sebenarnya . Untuk tidak menimbulkan keracunan di antara istilah – istilah provesional dalam bidang bimbingan dan konseling, dan sekaligus untuk memurnikan pengertian konseling itu sendiri maka istilah yang hendaknya dipakai dalam pengembangan dan gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia adalah istilah konseling.
Konsepsi bimbingan dan konseling mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pada awalnya istilah bimbingan berdiri dan tidak mengandung di dalamnya pengertian konseling. Bimbingan dan konseling dipakai secara bersamaan dan yang satu memuat yang lain. Perkembangan selanjutnya istilah konseling berdiri sendiri sekaligus memuat pengertian bimbingan.
Bimbingan dan konseling mempunyai tujuan umum untuk membantu individu untuk mencapai perkembangan secara optimal sesuai dengan bakat, kemampuan, minat, dan nilai-nilai serta terpecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh klin. Salah satu tujuan umum bimbingan dan koseling adalah membantu individu agar dapat mandiri dengan ciri mampu memahami dan menerima diri sendiri dan lingkunganya, membuat keputusan dan rencana yang realistis, mengarahkan diri sendiri dengan keputusan dan rencananya itu serta pada akhirnya mewujudkan diri sendiri. Tujuan khusus bimbingan dan konseling langsung terkait pada arah perkembangan klin dan masalah-masalah yang dihadapi. Tujuan-tujuan khusus Bimbingan dan konseling merupakan penjabaran dari tujuan umum yang dikaitkan dengan permasalahan klin baik yang menyangkut perkembangan maupun kehidupannya.
Sesuai dengan tuntutan keilmuan dan prosedur pelaksanaannya, bimbingan dan konseling diselenggarakan menurut berbagai azas, yaitu asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, ahli tangan, dan tut wuri handayani. Asas-asas tersebut perlu terlaksana dengan baik demi kelancaran penyelenggaraan serta tercapainya tujuan bimbingan dan konseling yang diharapkan.
Mohammad Surya dan Rahman Natawijaya dalam bukunya yang berjudul Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan (1992:160-161) menyatakan bahwa kegiatan bimbingan dan penyuluhan di sekolah dapat dikelompokan menjadi jenis layanan pengumpulan data, pemberian informasi, penempatan, penyuluhan, alih tangan, penilaian dan tindak lanjut.
Pengumpulan data adalah kegiatan dalam bentuk pengumpulan, pengolahan, dan penghimpunan berbagai informasi tentang siswa beserta latar belakangnya dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang obyektif terhadap siswa dalam membantu mencapai perkembangan yang optimal.
Pemberian informasi adalah kegiatan dalam bentuk pemberian informasi kepada dengan tujuan agar para siswa memiliki informasi yang memadai baik informasi tentang dirinya maupun informasi tentang lingkungan sebagai bantuan dalam membuat keputusan secara tepat.
Penempatan adalah kegiatan membantu para siswa agar memperoleh wadah yang sesuai dengan potensi yang dimiliki dengan tujuan untuk memperoleh prestasi sesuai potensinya sehingga akan mendapatkan wadah yang tepat untuk mengembangkan segala kemampuan pribadinya.
Penyuluhan adalah kegiatan dalam bentuk layanan untuk menghadapi masalah-masalah pribadi melalui teknik penyuluhan dan pemberian bantuan lainnya. Tujuan layanan ini adalah agar pada akhirnya siswa dalam menghadapi permasalahan mampu untuk memecahkan sendiri.
Alih tangan adalah kegiatan layanan dalam bentuk pelimpahan kepada pihak yang lebih mampu dan berwenang apa bila masalahan yang ditangani itu di luar kemampuan dan kewenangan petugas pemberi bantuan terdahulu seperti ke dokter umum/spesialis untuk pemeriksaan kesehatan, ke psikolog untuk pemeriksaan kondisi psikologi, dan lain sebagainya.
Penilaian dan tindak lanjut adalah kegiatan layanan dalam bentuk penilaian keberhasilan usaha bimbingan yang telah diberikan yang juga dapat berfungsi untuk menilai keberhasilan program pendidikan secara keseluruhan.
Dengan pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut, sebenarnya jika dilakukan dengan baik sesuai dengan kondisi permasalahan siswa, keberhasilan guru bimbingan konseling sangat bermanfaat untuk mengantar siswa menyelesaikan pendidikan dengan baik. Masalah-masalah tersebut sangat luas dan kompleks cakupannya termasuk ke masalah pribadi siswa. Dengan layanan penyuluhan sebagai contoh, merupakan kegiatan dalam bentuk layanan untuk menghadapi masalah-masalah pribadi melalui teknik penyuluhan dan pemberian bantuan lainnya dengan tujuan agar pada akhirnya siswa dalam menghadapi permasalahan mampu untuk memecahkan sendiri. Layanan ini diintegrasikan dengan layanan lainnya akan menghasilkan keterpaduan yang baik termasuk dalam mengatasi permasalahan pribadi siswa.
Menurut Nasution (1992) pelayanan bimbingan dan penyuluhan mempunyai beberapa fungsi. Fungsi-fungsi tersebut adalah :
a. Fungsi pencegahan
Pelayanan bimbingan dan penyuluhan dapat berfungsi pencegahan, artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi ini layanan nyang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Hal tersebut dapat ditempuh melalui progam bimbingan yang sistematis sehingga hal – hal yang dapat menghambat seperti kesulitam belajar, kekurangan informasi, masalah social dan sebagainya dapat di hindari.
Beberapa kegiatan bimbingan yang dapat berfungsi pencegahan, antara lain :
1)      Progam orientasi, yang memberi kesempatan kepada para siswa untuk lebih mengenal sekolah sebagai lingkungannya yang baru. Dalam program ini dapat disampaikan berbagai informasi seperti: kurikulum, cara-cara belajar, fasilitas belajar, hubungan social, tata tertib sekolah, informasi pekerjaan, dan sebagainya.
2)      Program bimbingan karir, yang membantu para siswa untuk memperoleh pemahaman diri dan lingkungan yang lebih baik serta mengembangkannya ke arah pencapaian karier yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita, dan kemampuan.
b. Fungsi penyaluran.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah para siswa perlu dibantu agar memperoleh prestasi yang sebaik-baiknya. Untuk itu setiap siswa hendaknya mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan, sesuai dengan keadaan pribadinya masing-masing, (seperti bakat, minat, kebutuhan, kecakapan, dan sebagainya).
Dalam hubungan ini bimbingan dan penyuluhan membantu siswa mendapatkan kesempatan penyaluran pribadinya masing-masing. Melalui fungsi penyaluran, bimbingan dan penyuluhan mengenali masing-masing siswa secara perorangan , dan kemudian membantunya dalam penyaluran kea rah kegiatan atas program yang dapat menunjang  tercapainya perkembangan yang optimal.
Bentuk kegiatan bimbingan dan penyuluhan dalam fungsi ini misalnya, bantuan dalam:
1)      memperoleh jurusan yang tepat;
2)      menyusun program belajar;
3)      perkembangan bakat dan minat;
4)      perencanaan karier.
c. Fungsi Penyesuaian
Yang dimaksud dengan fungsi penyesuaian adalah bahwa pelayanan bimbingan dan penyuluhan berfungsi membantu terciptanya penyesuaian antara siswa dan lingkungannya. Dengan demikian, adanya kesesuaian antara pribadi siswa dan sekolah sebagai lingkungan merupakan sasaran fungsi ini.
Fungsi penyesuaian mempunyai dua arah. Arah pertama, adalah bantuan kepada para siswa agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekolah. Arah kedua, adalah bantuan dalam mengembangkan program pendidikan yang sesuai dengan keadaan siswa.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I   : Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,  serta sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Teori
              Bab ini memuat pembahasan pengertian Disiplin Siswa dan Peran Guru BK dikaitkan dengan Proses Pendidikan.
Bab III : Metode Penelitian
              Bab ini membahas variabel penelitian, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta metode analisis.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
              Bab ini berisi mengenai deskripsi dari obyek yang diteliti dan analisis data serta pembahasan.
Bab V : Penutup
              Merupakan bab yang berisi mengenai kesimpulan yang diperoleh dan saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian.
F. Metode Penelitian
1.Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, variabel yang akan dibahas terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat  atau terpengaruh (Y) . Variabel bebas (X) yaitu variabel  perlakuan guru BK. Sedangkan variabel terpengaruh (Y) adalah kedisiplinan belajar siswa, variabel penelitian tersebut dioperasionalkan lagi dengan indikator variabel sebagai berikut :
a. perlakuan guru BK:
1)  intensitas pelaksanaan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh guru BK;
2) kualitas baik/buruknya pelaksanaan fungsi-fungsi guru BK terhadap peserta didik;
b. kedisiplinan belajar siswa:
1) tingkat kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah.
2) tingkat keteraturan siswa dalam membagi waktu untuk belajar di sekolah, belajar di rumah, dan melakukan kegiatan lain secara teratur dan proporsional.
2.  Penentuan Sampel
Sampel penelitian berupa para siswa kelas IV di SD Negeri 1 Samudra Kulon Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. Dari siswa-siswa yang ada di lingkungan Kecamatan Gumelar tempat lokasi penelitian, penulis memilih SD Negeri 1 Samudra Kulon  sebagai sampel/lokasi penelitian karena kemudahan akses penelitian dalam mengambil data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi lapangan dan wawancara langsung terhadap para responden terpilih yang terdiri dari siswa yang ada pada sekolah tersebut.
3.Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini secara umum adalah data primer dan data sekunder yang berupa data-data dalam proses pendidikan dan hasil pendidikan yang telah tersedia di lokasi penelitian.Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber data tetapi melalui media perantara. Dengan kata lain, data yang diperoleh penulis merupakan hasil dari dokumen yang dalam hal ini adalah dokumen pendidikan di lokasi penelitian.
4.  Metode Analisis
Metode analisis akan dilakukan dengan analisis deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan data-data hasil penelitian untuk menghasilkan suatu kesimpulan mengenai penelitian yang dilakukan. Jika memungkinkan, analisis deskriptif tersebut dapat juga didukung dengan analisis kuantitatif dengan tabulasi data hasil penelitian yang dilakukan penulis.

Skripsi



CONTOH PROPOSAL BIMBINGAN DAN KONSELING Oct 15, '07 12:00 AM
for everyone
KORELASI PERLAKUAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SAMUDRA KULON KECAMATAN GUMELAR KABUPATEN BANYUMAS

A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses pendidikan, semua stakeholder yang terkait dengan proses tersebut mempunyai peran dan tanggungjawab sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Masing-masing peran tersebut harus berjalan secara sinergis saling melengkapi sehingga membentuk sustu sistem yang harmonis. Dari peran-peran yang ada, peran guru bimbingan dan konseling sangat diperlukan sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan dari, untuk, dan oleh manusia memiliki pengertian yang  khas. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu dengan menggunakan berbagai prosedur, cara dan bahan agar idividu tersebut mampu mandiri dalam memecahakan masalah-masalah yang dihadapinya. Sedangkan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang didasarkan  pada prosedur wawancara konseling oleh seorang ahli kepada yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Dengan bimbingan dan konseling tersebut, siswa akan melakukan aktifitas belajar sesuai dengan apa yang telah ditentukan, atau telah diatur dalam suatu  aturan (norma). Sebagaimana dikemukakan oleh Moeliono (1993: 208) bahwa disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma.
Upaya peningkatan pendidikan berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan yang dilakukan oleh suatu bangsa.  Tidak sedikit pakar dari berbagai cabang ilmu pengetahuan di dunia ini mempunyai pendapat demikian. Frederick Harbison (1961 dalam Todaro, 1999 : 455) yang menyatakan bahwa:
Sumber daya manusia merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa. Modal fisik dan sumber daya alam hanyalah faktor produksi yang pada dasarnya bersifat pasif. Manusia yang merupakan agen-agen aktif akan mengumpulkan modal, mengeksploitasikan sumber daya alam, membangun berbagai macam organisasi sosial, ekonomi dan politik, serta melaksanakan pembangunan nasional. Dengan demikian jika suatu negara tidak segera mengembangkan keahlian dan pengetahuan rakyatnya, maka Negara tersebut tidak akan dapat mengembangkan apa pun.  

Pendapat di atas dapat dilihat kebenarannya dari kondisi penanganan pendidikan di berbagai Negara dengan kondisi kemajuan kehidupan sosial ekonominya. Negara yang terkenal melimpah dengan kekayaan sumber daya alam tetapi kurang memperhatikan pengembangan sumber daya manusia melalui sistem pendidikan  yang dapat mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia akan kalah tingkat kemakmurannya jika dibandingkan dengan Negara yang kurang beruntung dalam hal kekayaan sumber daya alam tetapi berhasil mengembangkan sistem pendidikan yang dapat berperan untuk mendorong peningkatan kualitas sumber daya alam.
Pada umumnya manusia yang beradabsetidak-tidaknya memiliki common sense tentang pendidikan, bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek keidupan dan penghidupan (Mikarsa, 2004: 2). Pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan manusia di masa depan. Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal, yaitu pengembangan potensi individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta karakteristik lingkungan fisik dan lingkungan sosio budaya di mana dia hidup (Ibid, 2).
Pendidikan merupakan fenomena manusia yang sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka pendidikan dapat dilihat dan dijelaskan dari berbagai sudut pandang, seperti dari sudut pandang psikologi, sosiologi dan antropologi, ekonomi, politik, komunikasi dan sebagainya. Manusia dituntut untuk mampu memperkembangkan dan menyesuaikan diri terhadap masyarakat. Untuk itu manusia telah dilengkapi dengan berbagai potensi baik yang berkenaan dengan keindahan dan ketinggian derajad kemanusiaan maupun berkenaan dengan dimensi kemanusiaannya yang memungkinkan untuk memenuhi tuntutan kemanusiaannya.
Menurut Priyatno (1999, 25) pengembangan manusia seutuhnya hendaknya mencapai pribadi-pribadi yang pendiriannya matang, dengan kemampuan sosial yang menyejukan, kesusilaan yang tinggi, dan keimanan serta ketaqwaan yang dalam. Dalam proses pendidikan banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh anak-anak, remaja, dan pemuda yang menyangkut dimensi kemanusiaan mereka. 
Lebih lanjut Priyanto mengemukakan bahwa permasalahan yang dialami oleh para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal tersebut  juga disebabkan oleh karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang disebabkan oleh hal-hal di luar sekolah. Dalam hal ini permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja, termasuk perilaku siswa yang tidak dapat mengatur waktu untuk melakukan aktifitas belajar sesuai apa yang dibutuhkan, diatur, atau diharapkan. Apabila para siswa tersebut belajar sesuai dengan kehendak sendiri dalam arti tanpa aturan yang jelas, maka upaya belajar siswa tersebut tidak dapat berjalan dengan efektif. Apalagi tantangan kehidupan sosial dewasa ini semakin kompleks, termasuk tantangan dalam mengalokasikan waktu. Dalam hal ini jika pengaturan waktu berdasarkan kesadaran sendiri maupun arahan pihak lain tidak dilakukan dengan disiplin maka semuanya akan menjadi kacau. Demikian pula dengan kedisiplinan siswa dalam melakukan aktifitas belajar dipadukan aktifitas lain dalam kehidupan sehari-hari. Disinilah perlakuan guru bimbingan dan konseling diperlukan untuk mendampingi mereka.
Pelayanan guru bimbingan dan konseling hendaknya berjalan secara efektif membantu siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangannnya dan mengatasi permasalahannya termasuk membimbing para siswa untuk berperilaku disiplin. Disinilah  dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling disamping kegiatan pengajaran. Dan pelayanan bimbingan dan konseling merupakan peran yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi berbagai permasalahan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Permasalahan tersebut mencakup permasalahan yang terjadi di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Manfaat bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling cukup penting bagi seorang siswa untuk mengatasi berbagai permasalahan termasuk dalam mengatasi permasalahan pribadi siswa.   
B. Rumusan Masalah  
Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Apakah ada korelasi antara perlakuan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan belajar siswa.
2.      Sejauh korelasi antara perlakuan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan belajar siswa terjadi.
C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.Tujuan Penelitian
a.       Untuk mengetahui apakah ada korelasi antara perlakuan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan belajar siswa.
b.      Untuk mengetahui sejauh korelasi antara perlakuan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan belajar siswa terjadi.
2. Kegunaan Penelitian
a.       Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan terutama dikaitkan dengan  hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
b.      Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka penyempurnaan konsep maupun implementasi praktik pendidikan sebagai upaya yang strategis dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
D. Tinjauan Teori
1. Kedisiplinan Belajar Siswa Dalam Proses Pendidikan
Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak). Menurut Moeliono (1993: 208) disiplin artinya adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain sebagainya. Sedangkan pengertian siswa adalah pelajar atau anak (orang) yang melakukan aktifitas belajar ( Ibid: 849).  Dengan demikian disiplin siswa adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa kepada aturan, tata tertib atau norma di sekolah yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.
Dari pengertian tersebut, kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah.
Salah satu pengertian pendidikan yang sangat umum dikemukakan oleh Driyarkara (1980 dalam Mikarsa, 2004:2) yang menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf insani harus diwujudkan dalam seluruh proses atau upaya pendidikan.
Dalam Dictionary of Education dikemukakan bahwa pendidikan adalah (1) proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk dan tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana dia hidup (2) proses sosial dimana sesorang diharapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.
G. Thomson (1957 dalam Mikarsa, 2004: 1.2) menyatakan bahwa pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan-kebiasaan pemikiran, sikap-sikap, dan tingkah laku. Sedangkan Crow and Crow (1960 dalam Mikarsa, 2004) menyatakan bahwa “harus diyakini bahwa fungsi utama pendidikan adalah bimbingan terhadap individu dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sehingga dia memperoleh kepuasan dalam seluruh aspek kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diberikan beberapa ciri atau unsur umum dalam pendidikan yaitu :
1.      Pendidikan harus memiliki tujuan, yang pada hakekatnya adalah pengembangan potensi individu yang bermanfaat bagi kehidupan pribadinya maupun warga-negara atau  negara lainnya.
2.      Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan upaya yang disengaja dan terencana yang meliputi upaya bimbingan, pengajaran, dan pelatihan.
3.      Kegiatan tersebut harus diwujudkan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat yang lazim disebut dengan pendidikan formal, informal, dan non-formal.
2. Perlakuan Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Proses Pendidikan
Tilaar (1999 dalam Mikarsa 2004: 1.3) merumuskan hakekat pendidikan sebagai suatu proses menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional, dan global. Agar pendidikan dapat berhasil sesuai dengan tujuan diperlukan berbagai sarana atau sumberdaya seperti bangunan sekolah, buku/materi pelajaran, guru, dan sarana pendukung lainnya. Berkaitan dengan guru, sebagaimana telah dikemukakan bahwa dalam proses pendidikan banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh anak-anak, remaja, dan pemuda yang menyangkut dimensi kemanusiaan mereka.  Lebih lanjut Priyanto mengemukakan bahwa permasalahan yang dialami oleh para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal tersebut  juga disebabkan oleh karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang disebabkan oleh hal-hal di luar sekolah. Dalam hal ini permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja. Apabila misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang luas untuk secara efektif membantu siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangannnya dan mengatasi permasalahannya,  maka segenap kegiatan dan kemudahan yang diselenggarakan sekolah perlu diarahkan kesana. Disinilah  dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling disamping kegiatan pengajaran. Dan pelayanan bimbingan dan konseling merupakan peran yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling.
Priyanto (1999, 30) menyatakan bahwa keberadaan pelayanan bimbingan dan penyuluhan berperan untuk :
  1. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan;
  2. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
Dalam Penjelasan PP Nomor 29 Tahun 1990 menyebutkan bahwa :
  1. Bimbingan dalam rangka menemukan siswa dimaksudkan untuk membantu siswa mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya.
  2. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan untuk membantu siswa menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, ekonomi, budaya, serta alam yang ada.
  3. Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan mempersiapkan diri untuk langkah yang dipilihnya setelah tamat belajar pada sekolah menengah serta kariernya di masa depan.
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang tugas dan ruang lingkupnya cukup penting dalam mendukung keberhasilan pendidikan. Lebih jauh, mengingat bahwa sumber permasalahan anak-anak, remaja, dan pemuda sebagian besar berada di luar sekolah, dan lagi pula bahwa permasalahan yang dialami manusia tidak hanya terdapat disekolah, maka pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau daerah-daerah yang lebih luas di luar sekolah.
Anak-anak, para remaja, dan pemuda bahkan orang-orang dewasa dalam keluarga, dalam lembaga-lembaga kerja, dan dalam organisasi serta lembaga-lembaga kemasyarakatan pada umumnya mempunyai kemungkinan untuk menghadapi masalah dalam kehidupan dan dalam rangka mengupayakan pengembangan manusia seutuhnya. Sudah barang tentu upaya tersebut tidak terhindar dari berbagi sumber rintangan  dan kegagalan sehingga penyelenggaraannya perlu dilakukan   secara luas dan mendalam mencakup segenap segi kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat . Pengajaran di kelas-kelas saja tidak cukup memadai untuk menjawab tuntutan penyelenggaraan pendidikan yang luas dan mendalam.   
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan dari, untuk, dan oleh manusia memiliki pengertian yang  khas. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu dengan menggunakan berbagai prosedur, cara dan bahan agar idividu tersebut mampu mandiri dalam memecahakan masalah-masalah yang dihadapinya. Sedangkan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang didasarkan  pada prosedur wawancara konseling oleh seorang ahli kepada yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Pengertian konseling sering digunakan istilah penyuluhan, padahal istilah penyuluhan telah terlanjur digunakan secara luas di masyarakat untuk pengertian  - pengertian yang tidak begitu relevan dengan makna konseling yang sebenarnya . Untuk tidak menimbulkan keracunan di antara istilah – istilah provesional dalam bidang bimbingan dan konseling, dan sekaligus untuk memurnikan pengertian konseling itu sendiri maka istilah yang hendaknya dipakai dalam pengembangan dan gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia adalah istilah konseling.
Konsepsi bimbingan dan konseling mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pada awalnya istilah bimbingan berdiri dan tidak mengandung di dalamnya pengertian konseling. Bimbingan dan konseling dipakai secara bersamaan dan yang satu memuat yang lain. Perkembangan selanjutnya istilah konseling berdiri sendiri sekaligus memuat pengertian bimbingan.
Bimbingan dan konseling mempunyai tujuan umum untuk membantu individu untuk mencapai perkembangan secara optimal sesuai dengan bakat, kemampuan, minat, dan nilai-nilai serta terpecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh klin. Salah satu tujuan umum bimbingan dan koseling adalah membantu individu agar dapat mandiri dengan ciri mampu memahami dan menerima diri sendiri dan lingkunganya, membuat keputusan dan rencana yang realistis, mengarahkan diri sendiri dengan keputusan dan rencananya itu serta pada akhirnya mewujudkan diri sendiri. Tujuan khusus bimbingan dan konseling langsung terkait pada arah perkembangan klin dan masalah-masalah yang dihadapi. Tujuan-tujuan khusus Bimbingan dan konseling merupakan penjabaran dari tujuan umum yang dikaitkan dengan permasalahan klin baik yang menyangkut perkembangan maupun kehidupannya.
Sesuai dengan tuntutan keilmuan dan prosedur pelaksanaannya, bimbingan dan konseling diselenggarakan menurut berbagai azas, yaitu asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, ahli tangan, dan tut wuri handayani. Asas-asas tersebut perlu terlaksana dengan baik demi kelancaran penyelenggaraan serta tercapainya tujuan bimbingan dan konseling yang diharapkan.
Mohammad Surya dan Rahman Natawijaya dalam bukunya yang berjudul Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan (1992:160-161) menyatakan bahwa kegiatan bimbingan dan penyuluhan di sekolah dapat dikelompokan menjadi jenis layanan pengumpulan data, pemberian informasi, penempatan, penyuluhan, alih tangan, penilaian dan tindak lanjut.
Pengumpulan data adalah kegiatan dalam bentuk pengumpulan, pengolahan, dan penghimpunan berbagai informasi tentang siswa beserta latar belakangnya dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang obyektif terhadap siswa dalam membantu mencapai perkembangan yang optimal.
Pemberian informasi adalah kegiatan dalam bentuk pemberian informasi kepada dengan tujuan agar para siswa memiliki informasi yang memadai baik informasi tentang dirinya maupun informasi tentang lingkungan sebagai bantuan dalam membuat keputusan secara tepat.
Penempatan adalah kegiatan membantu para siswa agar memperoleh wadah yang sesuai dengan potensi yang dimiliki dengan tujuan untuk memperoleh prestasi sesuai potensinya sehingga akan mendapatkan wadah yang tepat untuk mengembangkan segala kemampuan pribadinya.
Penyuluhan adalah kegiatan dalam bentuk layanan untuk menghadapi masalah-masalah pribadi melalui teknik penyuluhan dan pemberian bantuan lainnya. Tujuan layanan ini adalah agar pada akhirnya siswa dalam menghadapi permasalahan mampu untuk memecahkan sendiri.
Alih tangan adalah kegiatan layanan dalam bentuk pelimpahan kepada pihak yang lebih mampu dan berwenang apa bila masalahan yang ditangani itu di luar kemampuan dan kewenangan petugas pemberi bantuan terdahulu seperti ke dokter umum/spesialis untuk pemeriksaan kesehatan, ke psikolog untuk pemeriksaan kondisi psikologi, dan lain sebagainya.
Penilaian dan tindak lanjut adalah kegiatan layanan dalam bentuk penilaian keberhasilan usaha bimbingan yang telah diberikan yang juga dapat berfungsi untuk menilai keberhasilan program pendidikan secara keseluruhan.
Dengan pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut, sebenarnya jika dilakukan dengan baik sesuai dengan kondisi permasalahan siswa, keberhasilan guru bimbingan konseling sangat bermanfaat untuk mengantar siswa menyelesaikan pendidikan dengan baik. Masalah-masalah tersebut sangat luas dan kompleks cakupannya termasuk ke masalah pribadi siswa. Dengan layanan penyuluhan sebagai contoh, merupakan kegiatan dalam bentuk layanan untuk menghadapi masalah-masalah pribadi melalui teknik penyuluhan dan pemberian bantuan lainnya dengan tujuan agar pada akhirnya siswa dalam menghadapi permasalahan mampu untuk memecahkan sendiri. Layanan ini diintegrasikan dengan layanan lainnya akan menghasilkan keterpaduan yang baik termasuk dalam mengatasi permasalahan pribadi siswa.
Menurut Nasution (1992) pelayanan bimbingan dan penyuluhan mempunyai beberapa fungsi. Fungsi-fungsi tersebut adalah :
a. Fungsi pencegahan
Pelayanan bimbingan dan penyuluhan dapat berfungsi pencegahan, artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi ini layanan nyang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Hal tersebut dapat ditempuh melalui progam bimbingan yang sistematis sehingga hal – hal yang dapat menghambat seperti kesulitam belajar, kekurangan informasi, masalah social dan sebagainya dapat di hindari.
Beberapa kegiatan bimbingan yang dapat berfungsi pencegahan, antara lain :
1)      Progam orientasi, yang memberi kesempatan kepada para siswa untuk lebih mengenal sekolah sebagai lingkungannya yang baru. Dalam program ini dapat disampaikan berbagai informasi seperti: kurikulum, cara-cara belajar, fasilitas belajar, hubungan social, tata tertib sekolah, informasi pekerjaan, dan sebagainya.
2)      Program bimbingan karir, yang membantu para siswa untuk memperoleh pemahaman diri dan lingkungan yang lebih baik serta mengembangkannya ke arah pencapaian karier yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita, dan kemampuan.
b. Fungsi penyaluran.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah para siswa perlu dibantu agar memperoleh prestasi yang sebaik-baiknya. Untuk itu setiap siswa hendaknya mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan, sesuai dengan keadaan pribadinya masing-masing, (seperti bakat, minat, kebutuhan, kecakapan, dan sebagainya).
Dalam hubungan ini bimbingan dan penyuluhan membantu siswa mendapatkan kesempatan penyaluran pribadinya masing-masing. Melalui fungsi penyaluran, bimbingan dan penyuluhan mengenali masing-masing siswa secara perorangan , dan kemudian membantunya dalam penyaluran kea rah kegiatan atas program yang dapat menunjang  tercapainya perkembangan yang optimal.
Bentuk kegiatan bimbingan dan penyuluhan dalam fungsi ini misalnya, bantuan dalam:
1)      memperoleh jurusan yang tepat;
2)      menyusun program belajar;
3)      perkembangan bakat dan minat;
4)      perencanaan karier.
c. Fungsi Penyesuaian
Yang dimaksud dengan fungsi penyesuaian adalah bahwa pelayanan bimbingan dan penyuluhan berfungsi membantu terciptanya penyesuaian antara siswa dan lingkungannya. Dengan demikian, adanya kesesuaian antara pribadi siswa dan sekolah sebagai lingkungan merupakan sasaran fungsi ini.
Fungsi penyesuaian mempunyai dua arah. Arah pertama, adalah bantuan kepada para siswa agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekolah. Arah kedua, adalah bantuan dalam mengembangkan program pendidikan yang sesuai dengan keadaan siswa.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dilakukan dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I   : Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,  serta sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Teori
              Bab ini memuat pembahasan pengertian Disiplin Siswa dan Peran Guru BK dikaitkan dengan Proses Pendidikan.
Bab III : Metode Penelitian
              Bab ini membahas variabel penelitian, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta metode analisis.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
              Bab ini berisi mengenai deskripsi dari obyek yang diteliti dan analisis data serta pembahasan.
Bab V : Penutup
              Merupakan bab yang berisi mengenai kesimpulan yang diperoleh dan saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian.

F. Metode Penelitian

1.Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, variabel yang akan dibahas terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat  atau terpengaruh (Y) . Variabel bebas (X) yaitu variabel  perlakuan guru BK. Sedangkan variabel terpengaruh (Y) adalah kedisiplinan belajar siswa, variabel penelitian tersebut dioperasionalkan lagi dengan indikator variabel sebagai berikut :
a. perlakuan guru BK:
1)  intensitas pelaksanaan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh guru BK;
2) kualitas baik/buruknya pelaksanaan fungsi-fungsi guru BK terhadap peserta didik;
b. kedisiplinan belajar siswa:
1) tingkat kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah.
2) tingkat keteraturan siswa dalam membagi waktu untuk belajar di sekolah, belajar di rumah, dan melakukan kegiatan lain secara teratur dan proporsional.

2.  Penentuan Sampel

Sampel penelitian berupa para siswa kelas IV di SD Negeri 1 Samudra Kulon Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. Dari siswa-siswa yang ada di lingkungan Kecamatan Gumelar tempat lokasi penelitian, penulis memilih SD Negeri 1 Samudra Kulon  sebagai sampel/lokasi penelitian karena kemudahan akses penelitian dalam mengambil data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi lapangan dan wawancara langsung terhadap para responden terpilih yang terdiri dari siswa yang ada pada sekolah tersebut.

3.Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini secara umum adalah data primer dan data sekunder yang berupa data-data dalam proses pendidikan dan hasil pendidikan yang telah tersedia di lokasi penelitian.Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber data tetapi melalui media perantara. Dengan kata lain, data yang diperoleh penulis merupakan hasil dari dokumen yang dalam hal ini adalah dokumen pendidikan di lokasi penelitian.

4.  Metode Analisis

Metode analisis akan dilakukan dengan analisis deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan data-data hasil penelitian untuk menghasilkan suatu kesimpulan mengenai penelitian yang dilakukan. Jika memungkinkan, analisis deskriptif tersebut dapat juga didukung dengan analisis kuantitatif dengan tabulasi data hasil penelitian yang dilakukan penulis.