Wednesday 24 August 2011

Remaja, Pekerjaan dan Pemilihan Karir

Dalam perkembangan sosio emosional remaja, terdapat suatu bahasan menarik mengenai remaja dalam pemahaman pekerjaan dan juga dalam penentuan pemilihan karir pekerjaan. Dalam keadaan yang normal, seseorang dapat memilih suatu pekerjaan yang disenanginya. Dalam hal ini subjektifitas orang akan nampak. Pada anak-anak dan remaja unsur subjektifnya tadi masih sangat menguasai sehingga pilihannya tadi tidak bisa terlalu realistis.

Misalnya anak kecil ingin menjadi sopir bis karena atas dasar pengalamannya yang masih terbatas, dirasa begitu menarik untuk duduk di belakang stir kendaraan yang begitu besar. Pilihan pekerjaan yang sungguh-sungguh bukanlah suatu tindakan sesaat saja, melainkan merupakan hasil suatu proses pemikiran dan pengalaman tertentu, walaupun hasilnya nanti mungkin juga dapat bersifat sementara lagi.

Dalam kenyataannya seorang remaja ketika menentukan pilihan karir, seringkali tidak dilakukannya sendiri. Berk (1993) menyatakan bahwa penentuan dan pemilihan karir seorang remaja ditentukan oleh berbagaa faktor diantaranya orang tua, teman-teman, gender, dan karakteristik diri sendiri. Berikut adalah penjelasan mengenai faktor yang mempengaruhi pemilihan karir pekerjaan pada remaja.

Orang Tua

Orang tua ikut berperan dalam menentukan arah pemilihan karir pada anak remajanya. Walaupun pada akhirnya keberhasilan dalam menjalankan karir selanjutnya sangat tergantung pada kecakapan dan keprofesionalan pada anak yang menjalaninya. Karena hal ini berkaitan dengan masalah pembiayaan pendidikan, masa depan anaknya agar terarah dengan baik, maka sekalipun orang tua turut ikut campur agar anaknya memilih program studi yang mampu menjamin kehidupan karirnya.

Biasanya orang tua yang berkecukupan secara ekonomi menghendaki anaknya untuk memilih program studi yang cepat menghasilkan nilai materi, misalnya fakultas ekonomi (akuntasi, manajemen), teknik, farmasi, kedokteran (umum dan gigi) dan lain-lain. Anggapan orang tua, anak yang mampu memasuki program ini tentu akan terjamin masa depannya.

Dalam kenyataannya tak selamanya yang menjadi pilihan orang tua akan berhasil dijalankan oleh anaknya, kalau tidak disertai oleh minat bakat, kemampuan, kecerdasan, motivasi internal dari anak yang bersangkutan, hal inilah yang perlu diperhatikan.

Teman (Peer Group)

Tidak dipungkiri, pada kenyataannya, lingkungan pergaulan dalam kelompok remaja cukup memberi pengaruh pada diri seseorang dalam memilih jurusan program studi di SMA maupun Perguruan Tinggi. Mereka mungkin merasa tidak enak kalau tidak sama dalam pemilihan jurusan atau program studi. Pengaruh teman kelompok sebaya ini bersifat eksternal. Bila remaja tidak mempunyai dorongan internal, minat bakata atau kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas atau tuntutan, maka kemungkinan akan mengalami kegagalan.

Peran Jenis Gender

Stereotype masyarakat seringkali telah menilai terhadap jenis kelamin seseorang. Masyarakat menghendaki agar jenis tugas atau pekerjaan tertentu dilakukan oleh jenis kelamin tertentu pula. Memang baik diakui atau tidak, jenis kelamin kadang-kadang menentukan seseorang dalam memilih karir pekerjaan. Seorang perempuan mungkin akan mengambil karir yang kiranya dapat dijalaninya, tanpa banyak hambatan dengan peran jenis gendernya nanti di kemudian hari, misalnya sekretaris, dokter anak, psikolog anak, guru atau dosen, penunggu atau penjaga toko dan sebagainya. Demikian pula sebaliknya seorang laki-laki akan memilih sesuai dengan dirinya misalnya tentara, polisi, hakim, jaksa dan lain sebagainya.

Karakteristik Kepribadian Individu

Hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik pribadi yang mempengaruhi pemilihan program studi maupun karir individu, diantaranya bakat minat, kepribadian, dan intelektual. Sudah banyak lembaga pendidikan SMA yang mengadakan tes psikologi dengan membantu siswa-siswinya dalam menentukan jurusan agar sesuai dengan minat dan bakatnya. Hal ini untuk menghindari penyesalan dalam pengambilan studinya atau merasa tidak cocok dengan minat bakatnya.

Keberhasilan dalam memilih dan menjalankan program studi serta karir pekerjaan sangat ditentukan karakteristik kepribadian individu yang bersangkutan. Individu yang memiliki minat, kemampuan, kecerdasan, motivasi internal, tanpa ada paksaan dari orang lain, biasanya akan mencapai keberhasilan dengan baik. Keberhasilan tidak dapat diukur secara materi finansial yang melimpah, tetapi seberapa besar nilai kepuasan hidup yang diperoleh melalui pilihan-pilhan tersebut.

Jangan Manjakan Anak dengan Uang

Sebut saja namanya Ani, dia adalah anak tunggal dari orang tua kaya raya. Dia mempunyai semuanya. Kolam renang, pakaian indah, boneka, hiasan kamar tidur dan masih banyak lagi. Sebuah hadiah terindah di acara ulang tahunnya, mungkin tidak semua anak dapat memilikinya. Jika ribuan anak menginginkan benda kesayangan, maka Ani adalah anak pertama yang memilikinya.

Di sisi lain, ada seorang anak yang memiliki orangtua yang biasa saja. Ayahnya seorang guru di sekolah menengah dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Mereka tinggal dalam sebuah rumah bersama-sama. Mereka tidak pernah mempunyai masalah apapun, walaupun mereka tidak memiliki berton-ton uang berlimpah.

Tidak penting apakah Anda punya uang atau tidak atau bagaimana Anda memutuskan berapa banyak untuk dibelanjakan pada anak-anak Anda? Ini tidak selalu tentang kemampuan, tetapi apa yang benar.

Seringkali orang tua berpikir, bahwa mereka dapat membeli cinta anak-anak mereka atau menaikkan harga diri anak dengan membelikan mereka berbagai macam barang. Pada kenyataannya, ibarat sebuah makanan, orangtua hanya memberikan makanan sampai anak kenyang, namun tidak mempertimbangkan gizi di dalamnya. Benar, harga diri tidak diperoleh melalui rasa kemampuan akan harta, dan kebanyakan adalah bentuk pelarian tanggung jawab.

Secara tidak sadar Anda telah mengajarkan pada anak-anak dengan cara yang salah. Secara tidak langsung Anda juga telah mengajarkan mereka untuk melawan dasar kejujuran, disiplin diri, dan empati.

Ketika anak Anda memiliki rasa akan nilai uang, maka Anda akan kehilangan kesempatan mengajarkan mereka arti kehidupan dewasa kelak. Mereka tidak akan tahu pentingnya berbagai macam hal, misalnya, memberi, mendapatkan, menyimpan, merencanakan, dan mengeluarkan.

Anak hanya akan menjadi seseorang yang tidak dapat melakukan berbagai hal. Merasa frustrasi dalam kesulitan, bahkan untuk memecahkan masalah mereka sendiri. Bila ingin anak menjadi mandiri, independen, dan percaya akan kemampuan dirinya, maka Anda harus menyadari bahwa segala sesuatu tidak mudah di dapatkan. Biarkan anak mendapatkan apa yang mereka inginkan d dengan kemampuan mereka sendiri, bagaimana mereka menabung uang dan membeli barang kesukaanya.

Ibu Bekerja dan Dampaknya Pada Anak

Kabar baik bagi Anda, orang tua yang berjuang demi keluarga dengan bekerja sambil membesarkan anak-anak. Dikutip dari Science Daily, sebuah penelitian yang didanai oleh Dewan Riset Ekonomi dan Sosial (ESRC) Inggris, mengenai aspek ibu yang bekerja dan hubungannya dengan sosio-emosional anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada efek merugikan pada perkembangan sosial atau emosional anak, bila ibu mereka bekerja.

Dampak dari perkembangan sosio-emosional ketika ibu bekerja memang sangat tergantung bagaimana pengaturan dan pola asuh yang diterapkan. Hal ini akan berbeda pada anak yang tinggal dengan orangtua yang bercerai dan bekerja.

Anak laki-laki yang tinggal dengan ibu yang bercerai dan mencari nafkah, menunjukkan lebih banyak mengalami kesulitan pada tahun kelima dibandingkan anak laki-laki yang hidup dengan dua orang tua yang bekerja. Berbeda dengan anak perempuan, mereka justru akan mengalami kesulitan pada tahun kelima bersama ayah yang bercerai dan mencari nafkah, dibandingkan dengan anak perempuan yang hidup dengan orangtua yang keduanya bekerja.

Dr Anne McMunn mengatakan, ibu yang bekerja lebih cenderung memiliki kualifikasi pendidikan yang lebih tinggi, hidup dalam pendapatan rumah tangga yang lebih tinggi, dan kemungkinan memiliki depresi yang kecil dibandingkan ibu yang tidak bekerja.

Jadi, baik ibu yang bekerja ataupun tidak, tahun pertama bagi anak-anak akan sangat menentukan perkembangan mereka, di tahun-tahun berikutnya.

Sunday 7 August 2011

Mengingat Lebih Efektif Dilakukan Sendiri

Ternyata, mengingat tidak akan efektif bila dilakukan dalam kelompok belajar. Metode individual akan memaksimalkan potensi dalam proses mengingat. Supama Rajaram, psikolog Stony Brook University, New York, AS, menjelaskan bahwa siswa akan lebih mudah dalam mengingat sebuah fakta bila dilakukan sendiri dari pada dalam sebuah kelompok belajar.

Rajaram menjelaskan bahwa setiap anggota kelompok tidak dapat mengingat dengan maksimal bila dibandingkan dengan siswa yang memilih untuk belajar sendiri. Siswa yang masuk dalam anggota kelompok dianggap gagal menggunakan potensi memori mereka.

Ia menambahkan, bila dalam sebuah kelompok kecil mampu merubah bentuk ingatan, seseorang akan dapat bertahan dengan perspektif dan pandangannya. Ini akan menjadi awal dari sejarah dan identitas kolektif muncul.

Salah satu sebab lain, adanya gangguan ingatan dari anggota kelompok lain yang dapat mempengaruhi proses ingatan seseorang.

Ini bisa saja terjadi mengingat setiap individu mempunyai metode yang berbeda dalam menangkap informasi dan membentuknya ke dalam ingatan. Dimungkinkan antara metode satu dan lainnya dapat saling mengganggu. [mi]

Ragam Gaya Mengajar Guru

Guru merupakan tokoh utama paling bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan pendidikan pada siswa. Termasuk di dalamnya pembentukan daya kreasi siswa. Guru merupakan pemimpin kelas. Penunjuk jalan. Nakhoda yang akan membawa kemana siswa berkembang.

Sesuai dengan perannya, guru harus mampu memperlihatkan pentingnya mata pelajaran dan niat untuk belajar melalui sikap positif dan antusiasme pada saat mengajar. Dengan demikian, siswa akan ikut termotivasi serta mencontoh apa yang ditunjukkan oleh gurunya.

Mudahnya, gaya guru mengajar dapat dikatakan sebagai sebuah gaya kepimpinan. Menurut Hersey & Blanchard (1982), gaya kepemimpinan dapat dibagi menjadi empat dimensi, yaitu Telling, Selling, Participating dan Delegating.

1. Telling merupakan gaya kepemimpinan yang kurang mempercayai bawahannya dan banyak memberikan banyak instruksi kepada bawahannya. Gaya ini tidak terlalu memperdulikan bagaimana kualitas hubungan antara atasan dan bawahan.
2. Selling ditandai dengan tingginya tuntutan untuk menyelesaikan tugas, tetapi pemimpin juga memperhatikan bagaimana kualitas hubungan dengan bawahannya.
3. Participating ditunjukkan dengan pemimpin yang lebih menitikberatkan pada kualitas hubungan tapi kurang memperhatikan penyelesaian tugas-tugas.
4. Delegating adalah sebuah gaya memimpin yang memberikan kepercayaan tinggi kepada bawahan untuk melakukan tugas sendiri dengan pemberian sedikit arahan. Hanya saja, sedikit sekali hubungan personal diantaranya.

Tiap-tiap gaya kepemimpinan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sehingga akan lebih bijak apabila seorang guru mampu mengkombinasikan beberapa gaya mengajar. Tidak hanya terlalu terpaku pada salah satu gaya mengajar. Karena guru merupakan sosok penting dalam mendidik dan membentuk karakter seorang murid.

Macam Kesulitan Belajar Siswa

Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan. Namun, di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan.

Kesulitan belajar siswa dapat ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis yang dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya :

1. Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
2. Learning disfunction adalah gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya.
3. Underachiever merupakan siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
4. Slow learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5. Learning disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala.

Murid Sebagai Korban Penganiayaan

Kita mungkin bisa sepakat apabila mengatakan guru adalah pemimpin dalam kelas. Guru lah yang akan menentukan apa yang akan dipelajari oleh murid dan bagaimana ia akan berkembang. Guru sendiri harus tunduk kepada sistem pendidikan yang diatur oleh Kementrian Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Sebuah sistem yang berganti hampir tiap 5 tahun sekali. Bisa dikatakan, kala Presisden diganti, maka sistem pendidikan pun akan berganti.

Murid, yang notabene berada di bawah piramida ini menjadi korban atas ketidak-konsistenan sistem. Sistem yang diatas kertas memiliki tujuan yang baik dan secara kasat mata ideal, tidak dapat teraplikasikan dengan benar saat turun ke sekolah masing-masing. Kurangnya sosialisasi dan tidak adanya waktu untuk beradaptasi menjadi sebuah alasan mengapa sistem yang baru tidak efektif dan efisien.

Hal ini masih ditambahkan dengan berbagai masalah yang melibatkan guru sebagai pengajar, mungkin juga pendidik. Kesejahteraan menjadi isu utama kala kita mendengar kata guru disebut. Telah menjadi rahasia umum bahwa gaji yang diterima guru seringkali bertolak belakang dengan lamanya mengajar. Tidak adanya kejelasan status menjadi salah satu isu yang lain.

Bagaimana seorang guru akan mengajar dengan baik dan tenang apabila urusan dapur masih belum stabil. Bukankah Maslow mengatakan ada yang namanya Hierarki Kebutuhan? Apabila seseorang belum bisa memenuhi kebutuhannya, dia tidak akan berkembang. Dalam hal ini, kebutuhan dasar dari Maslow adalah kebutuhan fisik. Makanan, minuman, tempat tinggal adalah kebutuhan dasar setiap manusia.

Dengan kondisi yang seperti itu, wajar bila seorang guru tidak bisa mengajar dengan maksimal. Walau pun ada beberapa profil guru yang tetap mengajar sukarela tanpa dibayar. Mengajar adalah sebuah pengabdian, tapi abdi tetap butuh makan dan punya keluarga yang harus dihidupi.

Hal ini, berdampak pada murid yang ada di dasar sistem pendidikan. Ketidakmaksimalan guru mengajar menyebabkan potensi murid tidak berkembang maksimal. Memang bukan salah guru sepenuhnya apabila seorang murid tidak mampu mengembangkan potensi mereka. Namun guru ikut bertanggung jawab apabila seorang murid gagal mengembangkan potensinya. Inilah yang menyebabkan murid-murid sekarang menjadi teraniaya. Teraniaya oleh sistem. Teraniaya oleh pengajar. Dan teraniaya oleh tuntutan jaman. Semoga, ke depan ada kumpulan guru yang memutus penganiayaan ini dan menjadi pendidik-pendidik generasi bangsa.

Home Schooling, Sebuah Alternatif Pendidikan

Seiring berkembangnya jaman dan teknologi, kita harus merubah pola pikir kita yang beranggapan bahwa belajar itu di dalam kelas atau di depan meja belajar. Pola pikir tersebut tidak salah, namun kurang tepat untuk zaman sekarang. Seperti yang kita tahu, kita telah masuk ke dalam sebuah era digital yang semuanya dituntut serba praktis dan cepat.

Pola belajar dengan duduk di kelas dan mendengarkan guru menjelaskan dianggap tak lagi mumpuni untuk mengejar ketertinggalan kita diberbagai bidang. Maka, muncullah berbagai macam pola dan cara ajar baru.

Home schooling adalah salah satunya. Dulu, metode ini digunakan untuk mereka yang tak bisa pergi ke sekolah umum dengan berbagai alasan. Sejak lahir telah menjadi selebriti, tak punya waktu luang, hingga menganggap kurikulum sekolah umum kurang memadai.

Metode ini menawarkan keluwesan dalam mengajari si kecil mengenai berbagai macam hal dengan aplikatif. Kita bisa mengajarkan si kecil menghitung dengan mengajaknya memasak atau bermain kelereng. Dua hingga tiga konsep pembelajaran bisa didapat dalam sebuah kegiatan.

Selain itu, kita bisa mengawasi secara langsung bagaimana perkembangan si kecil secara langsung. Sehingga, minat dan bakat si kecil bisa dilatih sedari dini. Hal-hal tersebut adalah sebagian dari keuntungan home schooling.

Namun, walau sudah cukup lama berkembang di Indonesia. Tetap saja ada kelemahan dari metode ini. Bila di sekolah umum seorang anak akan belajar berinteraksi dengan sebayanya, bisa jadi, seorang si kecil yang belajar di rumah tidak akan mempelajari hal itu. Hal lain yang agak menghambat adalah perbedaan kurikulum yang diujikan saat si kecil akan mengambil ujian kesetaraan A, B, dan C.

Mengapa Murid Sulit Mengungkapkan Pendapat?

Suatu hari, Ibu guru memberikan penjelasan beberapa masalah aktual di depan kelas. Setelah selesai, beliau berkata, “Nah, sekarang bagaimana menurut kalian mengenai masalah ini?” Lima menit pun berlalu dan tidak ada murid yang memberikan pendapat atau tanggapan.

Kebanyakan guru akan kebingungan menghadapi situasi ini. Apakah semua murid tidak memperhatikan atau mereka memang tidak bisa menjawab. Dalam psikologi pendidikan, terutama dalam strategi pengajaran, ada kalanya murid memang mengalami kesulitan dalam menggunakan kemampuan bahasa ekspresif.

Bahasa ekspresif terkait dengan bagaimana seseorang dapat mengutarakan hasil pemikiran lewat komunikasi dengan orang lain. Tidak sedikit yang mengalami kesulitan dalam memberikan tanggapan atau mengekspresikan pendapat kepada orang lain.

Menurut Boyles dan Contadino, siswa yang mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pendapat dapat dikarenakan beberapa faktor, seperti:

* Malu, menarik diri, dan punya masalah dalam berinteraksi sosial
* Menunda jawaban
* Mengalami kesulitan mengolah kata yang tepat
* Pemikiran yang ruwet dan tidak tertata mengakibatkan sulit dipahami
* Melewatkan beberapa pemahaman yang diberikan guru (orang lain)

Strategi pengajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi hal ini dijelaskan oleh John W. Santrok dalam bukunya Educational Psychology, yaitu:

* Memberi anak kesempatan untuk merespon dalam waktu yang cukup
* Anak mungkin merasa kesulitan mengutarakan pendapat secara lisan, maka, kita dapat mengatasi dengan meminta mereka menuliskannya di atas kertas
* Memberi anak clue atau bantuan kata agar anak lebih mudah dalam mengolah diksi yang tepat
* Memberi anak kesempatan untuk tahu pertanyaan yang akan diajukan agar dapat mempersiapkan diri untuk menjawab

Tuesday 2 August 2011

Mengetahui dan Mendeteksi Anak Stres

Anak stres, apa yang normal dan apa yang tidak? Pada tingkat tertentu, stres adalah normal dan sehat untuk anak-anak. Bahkan, secara resmi disebut “eustress”, merupakan stres yang sehat atau stres yang memberikan perasaan positif. Anak yang mengalami stres ini, sering merupakan hasil dari mencoba hal-hal baru, menjaga sebuah hubungan dan rutinitas sehari-hari.

Eustress mendorong anak-anak maju dan memberi mereka rasa kepuasan. Jadi tidak khawatir tentang eustress. Sedangkan distress perlu diperhatikan. Ini terjadi ketika seorang anak tidak mampu beradaptasi atau menjadi kewalahan dengan situasi kehidupan atau responsibilitas.

Distress biasanya memiliki implikasi negatif bagi anak-anak dan perlu ditangani lebih awal. Bahkan stres dapat mempengaruhi anak secara emosional, perilaku dan fisik.

Dikutip dari GalTime, beberapa ciri khas perilaku yang dapat mendeteksi anak stres:

1. Peningkatan agresi
2. Mengisolasi dari keluarga dan teman-teman
3. Sering menangis dalam jangka waktu panjang
4. Mendadak mengompol
5. Perubahan kebiasaan makan dan tidur
6. Sering tantrum
7. Gugup atau gelisah
8. Perut nyeri, sakit kepala atau keluhan fisik lainnya
9. Masalah di sekolah
10. Cemas

Ingatlah, semua anak mungkin mengalami beberapa perilaku tersebut pada titik yang berbeda, dalam perkembangan mereka. Biarkan anak-anak tahu bahwa stres itu dialami oleh semua orang dan bahwa perasaan cemas, marah dan kesepian adalah normal.

Jika perilaku ini masih tetap dan menyebabkan kecemasan yang signifikan, misalnya akibat masalah di sekolah, ada baiknya menghubungi pihak sekolah, psikolog anak atau seorang konselor profesional.

Beberapa petunjuk untuk meminimalkan anak stres dalam kehidupan mereka

1. Jangan meremehkan waktu tidur dan pemberian gizi. Jangan kurang dari 8 jam tidur setiap malam. Kurangi gula dan kafein.
2. Bicara, bicara, dan bicara. Atur waktu teratur mengobrol dengan anak soal teman-temannya, sekolah dan keluarga. Bahkan jika Anda tidak setuju dengan pikiran dan perasaan mereka, cukuplah menjadi pendengar. Inti utama dari obrolan adalah mengeluarkan perasaan anak yang mungkin tidak terungkapkan. Bila tidak, maka ini adalah sumber utama stres.
3. Perbolehkan anak melakukan aktivitas fisik. Masuk dalam sebuah tim olahraga atau bersepeda dan berjalan adalah suatu keharusan untuk keberhasilan pengelolaan stres.
4. Persiapkan anak untuk situasi stres. Misalnya, persiapkan anak untuk menanti hari masuk sekolah setelah liburan panjang dengan mengajak mereka membeli buku baru dll.
5. Jangan berlebihan dalam memberikan anak berbagai kegiatan. Anak-anak juga membutuhkan waktu untuk bersantai, menikmati waktu bermain. Ini dapat menghindari stres anak.
6. Ingat bahwa kita tidak bisa sepenuhnya melindungi anak dari stres. Membantu anak stres ketika mereka mengalami kesulitan adalah hadiah yang luar biasa untuk mengurangi beban mereka. .

Biografi Singkat, Ludwig Binswanger

Ludwig Binswanger lahir pada tanggal 13 April 1881, di Kreuzlinge, Swiss di tengah keluarga yang memiliki tradisi kedokteran dan psikiatri kuat. Kakeknya adalalah pendiri Belleve Sanatorium di Kreuzlingen pada tahun 1857. Ayahnya, Robert, adalah direktur Sanatorium tersebut saat Anna O dirawat di sana. Pamannya, Otto, adalah penemu penyakit yang mirip Alzheimer yang kemudian dikenal dengan penyakit Binswanger, pamannya adalah salah seorang dokter yang merawat Friedrich Nietzche.

Ludwig Binswanger meraih gelar sarjana kedokteran dari University of Zurich tahun 1907. Dia belajar di bawah bimbingan Carl Jung dan jadi asisten Jung dalam Freudian Society. Seperti halnya Jung, dia juga lebih terpengaruh Eugen Bleuler, yang menemukan istilah skizofrenia.

Jung mengenalkan Binswanger dengan Freud pada tahun 1907. Tahun 1911, Binswanger diangkat sebagai direktur medis Belleuve Sanatorium. Tahun berikutnya, dia jatuh sakit dan mendapat kunjungan dari Freud yang jarang tinggal di Wina. Persahabatan mereka ini berjalan sampai Freud wafat tahun 1939.

Di awal tahun 1920-an, Binswanger sangat tertarik pada pemikiran Edmund Husserl, Martin Heidegger dan Martin Buber. Inilah yang kemudian membuat dia lebih tertarik pada perspektif eksistensial ketimbang perspektif Freudian. Namun, kita dapat mengatakan tahun 1930-an sebagai awal kemunculan terapi eksistensial. Tahun 1943, dia menerbitkan buku utamanya berjudul Grundformen und Erkennynis menschlichen Daseins, yang sampai saat itu belum diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

Tahun 1956, Binswanger berhenti menjadi direktur Sanatorium setelah menduduki posisi tersebut selama 45 tahun. Dia terus melakukan studi
dan menulis sampai meninggal pada 1966.

Biografi Singkat, Albert Bandura

Albert Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925,di kota kecil Mundare bagian selatan Alberta, Kanada. Dia sekolah di sekolah dasar dan sekolah menengah yang sederhana, namun dengan hasil rata-rata yang sangat memuaskan. Setelah selesai SMA, dia bekerja pada perusahaan penggalian jalan raya Alaska Highway di Yukon.

Dia menerima gelar sarjana muda di bidang psikologi dari University of British of Columbia tahun 1949. Kemudian dia masuk University of Iowa, tempat di mana dia meraih gelar Ph.D tahun 1952. Baru setelah itu dia menjadi sangat berpengaruh dalam tradisi behavioris dan teori pembelajaran.

Waktu dia Iowa, dia bertemu dengan Virginia Varns, seorang instruktur sekolah perawat. Mereka kemudian menikah dan dikaruniai dua orang puteri. Setelah lulus, dia menerukan pendidikannya ke tingkat post-doktoral di Wichita Guidance Center di Wichita, Kansas.

Tahun 1953, dia mulai mengajar di Standford University. Di sini, dia kemudian bekerja sama dengan salah seorang anak didiknya, Richard Walters. Buku pertama hasil kerja sama mereka berjudul Adolescent Aggression terbit tahun 1959. Sayangnya, Walters mati muda karena kecelakaan sepeda motor.

Bandura menjadi presiden APA tahun 1973, dan menerima APA Award atas jasa-jasanya dalam Distinguished Scientific Contributions tahun 1980.

Biografi Singkat, Abraham Maslow

Abraham Harold Maslow lahir pada tanggal 1 Aprik 1908 di Brooklyn, New York, sebagai anak sulung dari tujuh orang bersaudara. Kedua orangtuanya adalah penganut Yahudi tidak berpendidikan yang berimigrasi dari Rusia.



Karena sangat berharap anak-anaknya berhasil di dunia baru, kedua orangtuanya memaksa Maslow dan saudara-saudaranya belajar keras agar meraih keberhasilan di bidang akademik. Tidak heran jika semasa kanak-kanak dan remaja, Maslow menjadi anak penyendiri dan menghabiskan hari-harinya dengan buku.

Demi menuruti keinginan orangtuanya, pertama-tama Maslow belajar hukum di City College of New York (CCNY). Setelah tiga semester belajar di sana, dia pindah ke Cornell lalu kembali ke CCNY. Dia menikahi sepupunya, Bertha Goodman, dan pernikahan ini bertentangan dengan keinginan orangtuanya. Maslow dan Bertha dikaruniai dua orang puteri.

Dia dan Bertha kemudian pindah ke Wisconsin agar bisa masuk ke University of Wisconsin. Di sinilah ketertarikannya pada bidang psikologis mulai tumbuh, sehingga perjalanan akademisnya berubah secara dramatis. Setahun setelah lulus, dia kembali ke New York untuk bekerja dengan E. L. Thorndike di Coolumbia dimana dia melakukan penelitian tentang seksualitas manusia.

Dia mulai mengajar full time di Brooklyn College. Dalam periode inilah dia bergaul dengan beberapa pemikir Eropa yang berimigrasi ke AS, khususnya ke Brooklyn, akibat perang yang berkecamuk di sana. Di antara pemikir tersebut adalah Adler, Fromm, Horney dan psikolog-psikolog Gestalt dan Freudian.

Tahun 1951, Maslow menjabat ketua departemen psikologi di Brandels selama 10 tahun. Di sinilah dia bertemu dengan Kurt dan mulai menulis karya-karya teoretisnya sendiri. Di sini, dia juga mulai mengembangkan konsep psikologi humanistik – konsep yang baginya jauh lebih penting ketimbang usaha-usaha teoretisnya.

Dia menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai akhirnya dia mengalami serangan jantung dan meninggal pada tanggal 8 Juni 1970.